Chakra, Clairvoyance dan Yoga Kundalini

Cakra itu tempat perlintasan mahluk gaib, dia adalah berhubungan dengan saudara batin kita manusia. Beberapa cakra yang berkaitan dengan kemampuan clairvoyant ialah :
◙ Cakra Jantung
◙ Cakra Ajna
◙ Cakra Dahi
◙ Cakra Mahkota

Terdapat dua pusat energi/cakra yang bertugas untuk kemampuan menerawang;
Cakra Dahi, untuk frekwensi tinggi dari badan energi eterik dan yg lebih tinggi seperti pada gelombang FM.
Cakra Ajna, untuk vibrasi rendah; physical extra vision, energi kotor, energi rendah,dan yg lebih rendah seperti pada gelombang AM.
Cakra Ajna dan Cakra Dahi ibarat diibaratkan dua camera monitor, layar monitornya ialah cakra yang terdapat di belakang kepala (sekitar kelenjar pineal) Sedangkan Cakra Jantung bertanggungjawab untuk membuat otak lebih peka merasakan. Gelombang eterik yg biasanya suka menghambat penglihatan tembus pandang, adalah juga untuk menghambat mahluk2 eterik / mahluk halus tidak terlalu masuk dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Meditasi ialah suatu aktifitas keseharian yang dapat membuat gelombang eterik menjadi tipis sehingga membuat kita mampu merasakan adanya sesuatu yang aneh, Dan kondisi inilah merupakan peringkat pertama dari kondisi clairvoyant.

Peringkat pertama clairvoyant:
Anda bisa melihat gaib tetapi dengan penglihatan yang samar dan tidak begitu jelas.
Untuk meningkatkan kemampuan ini ialah ada baiknya utk mampu berterima kasih dan juga mampu mensyukuri kemampuan yg ada sehingga kemampuan ini akan bertambah secara otomatis. Jika kita tak mau mensyukuri dan berterima kasih dengan sikap yg tak sabaran bahkan juga keluhan complain, maka buktikanlah kemampuan tsb akan berhenti dan bahkan lenyap.

Peringkat kedua clairvoyant:
Anda bisa melihat seperti melihat dari lobang kecil (mengintip), atau seperti melihat orang yg ada disamping dengan pandangan mata yang tetap kedepan.

Peringkat ketiga clairvoyant:
Anda melihat seolah ada kilatan cahaya sekejap mata. Dan ini disebut penglihatan tak stabil. Maka dengan meditasi kita mampu melihatnya dengan stabil.

Peringkat keempat clairvoyant:
Anda mampu melihat dengan kondisi seperti melihat dari lobang sebesar lobang pensil

Peringkat kelima clairvoyant:
Anda mampu melihatnya dengan sangat jelas sekali

Peringkat keenam clairvoyant:
Anda mampu menyetel penglihatan terawangan secara focus Baik dengan cara to zoom in/to zoom out

Kondisi clairvoyant:

– Cakra Ajna mengecil
– Cakra Dahi membesar
– Cakra kepala belakang membesar
– Cakra Jantung membesar

Yang perlu diperhatikan untuk melakukan clairvoyant ialah bahwa jaringan eterik tidak boleh dipaksa untuk melihat hal2 gaib. Karena jika kita memaksa maka jaringan eterik tsb akan semakin kuat memprotect. Sehingga inilah yg dikatakan justeru dengan konsentrasi menyebabkan factor kegagalan yg banyak dialami para praktisi pemula.


CHAKRA
Didalam tubuh manusia terdapat pusat simpul -simpul saraf yang di sebut chakra, kata chakra berasal dari bahasa sansekerta yang artinya Roda, yaitu roda perputaran energi yang berputar ke kiri dan ke kanan.bentuk chakra seperti corong dengan permukaan terbuka . Chakra adalah pusat-pusat energi vital dalam berbagai tingkatan pengalaman atau kesadaran . chakra adalah tempat keluar masuknya energi etherik ,chakra berfungsi sebagai penyalur energi dan penyerap energi alam.
Chakra mampu mengatur keluar masuknya energi dan pendistribusian energi tersebut kepada organ -organ tubuh di sekitar chakra yang bersangkutan . Apabila sebuah chakra tidak berfungsi dengan baik akan berdampak negatif pada organ -organ tubuh di sekitarnya .

Sepanjang Sushumna, ada tujuh pusat-pusat bathin (psychic centers) mulai dari Muladhara Chakra. Mereka tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mereka dipercaya berbentuk seperti bunga teratai dengan warna-warna yang berbeda, dan masing-masing mengendalikan kegiatan dari organ indriya yang berbeda.

◙ Muladhara Chakra (pada dasar dari tulang belakang) memiliki empat daun bunga dan mengendalikan bau dengan unsure padat. = Tempat pada tulang punggung di antara payu pastha atau dubur dan kelamin.
◙ Swadishthana Chakra (pada dasar kelamin) memiliki enam daun bunga dan mengendalikan rasa, dengan unsure cair, = Tempat pada tulang punggung diantara nadi pusar dengan upastha/alat kelamin.
◙ Manipura Chakra (di seberang pusar) mempunyai sepuluh daun bunga dan mengendalikan pandangan, dengan uncur cahaya =Terletak pada tulang punggung dan sejajar dengan Nadi/Pusar.
◙ Anahata Chakra (sejajar dengan hati) mempunyai duabelas daun bunga dan mengendalikan sentuhan, dengan udara = Terletak pada tulang punggung dan sejajar dengan hulu hrdaya atau hulu hati/jantung.
◙ Wisuddha Chakra (pada jakun kerongkongan) memiliki enam belas daun bunga dan mengendalikan pendengaran, dengan unsur ether = Terletak pada tulang punggung dan sejajar dengan tempatnya Kerongkongan.
◙ Ajna Chakra (di antara alis) memiliki dua daun bunga dan mengendalikan pikiran. = Terdapat pada tulang punggung dan sejajar dengan letaknya bhrumadya/Kening
◙ Sahasrara Chakra (terletak diatas titik paling atas dari kepala) mempunyai seribu daun bunga. Disini Yogi telah meperoleh Kesadaran Kosmis.= Tempatnya pada SiwaDwara/Ubun-Ubun dan sehasra cakra ini sering pula disebut Siwasthana Brahmaranda.

ILMU YOGA
Yoga merupakan salah satu jalan keselamatan dalam “ HINDUISME”, yaitu cara untuk mencapai “MOKSA ATAU KELEPASAN”. Yoga berarti : “USAHA MENDISIPLIN DIRI UNTUK MEREALISASIKAN KEHADIRAN TUHAN DALAM DIRI”, tetapi Yoga dapat juga berarti suatu usaha mengatur kekuatan alam dan roh, dan juga dapat berarti sebagai usaha “ penyatuan diri dengan yang ilahi”.

Watson menjelaskan sebagai berikut :

Latar belakang Yoga adalah Hinduisme. Praktek Yoga, dengan bermacam-macam sikap tubuh dan latihan-latihan yang beraneka ragam, memimpin seseorang kepada pembebasan diri sendiri dan kesadaran keallahan. Tujuan Yoga adalah untuk mempersatukan manusia dengan “KESADARAN KOSMIK”, atau untuk percikan keallahan yang tiap-tiap orang memilikinya. Yoga mengajarkan “ REINKARNASI”. Ada empat bentuk Yoga :

1. Karma yoga mengajarkan persatuan rohani melalui tindakan yang benar.
2. Bhakti yoga mengajarkan persatuan dengan Yang Mulia melalui devosi kepada seorang guru.
3. Juana yoga yang mengajarkan jalan kepada “ALLAH” melalui pengetahuan.
4. Raja yoga mengajarkan kesadaran akan keallahan melalui kontrol pikiran.

Yang paling terkenal di dunia Barat adalah Hatayoga, satu subdivisi dari Raja Yoga. Tahap-tahapnya yang delapan itu adalah sebagai berikut : penyucian tubuh, pembentukan sikap tubuh, pembentukan sikap tubuh untuk menghasilkan energi batin, kontrol nafas, menenangkan pikiran, konsentrasi, meditasi dan persatuan dengan “ ALLAH”.

Yoga dan Al kitab berlawanan satu sama lain. Dalam Yoga manusia berpusat pada diri sendiri, sedangkan dalam Al kitab, manusia berpusat pada Tuhan. Dalam buku pedoman Yoga , diberikan keterangan singkat , antara lain :

◙ Tiap organ tubuh, mempunyai hubungan dengan jiwa.
◙ Tiap orang memiliki tabiat tubuh dan tabiat jiwa yang berlawan satu dengan yang lain untuk menjadi unggul. Keselarasan dan kesatuan dari kedua tabiat itu dapat dicapai melalui latihan jiwa.
◙ Diri manusia sifatnya maha kuasa, maha tahu dan maha hadir.
◙ Diri manusia sifatnya mengatasi segala sesuatu dan hadir di dalam seluruh alam dunia, tanpa awal dan tanpa akhir, tanpa lahir dan tanpa mati.
◙ Hal-hal kebendaan berada di tingkat lebih bawah dari pada pikiran, kecerdasan dan roh.
◙ Yoga meliputi semua hal yang berhubungan dengan tubuh dan alam metafisik
◙ Yoga membayangkan satu perpaduan dari pda alam tubuh dan alam metafisik.
◙ Sorga dan Neraka adalah hasil pikiran manusia.

Dalam praktek Yoga juga dilakukan pengucapan “ MANTRA” (kata-kata suci) yaitu Om-Ram, dan sasaran dari latihan yoga adalah untuk membangun Kundalini! Kundalini adalah : “ kekuatan ilahi yang sedang tidur dalam diri manusia “, yang dianggap terletak diantara kemaluan dan lubang pantat, dan berbentuk seperti ular, karena itu disebut “ Kekuatan Ular”. Gerakan-gerakan Yoga ada juga yang merupakan gerakan penyembahan matahari, seperti yang dengan jelas dapat dilihat gerak “ Surya Namaskar”. Dalam Yoga ada anggapan bahwa dalam diri manusia ada 7 letak Chakra, dan melalui latihan, kekuatan Kundalini bisa dibangunkan dan naik keatas dan bersatu dengan Syiwa di Sahasrara Chakra ( letaknya di otak), maka tercapailah Samadhi dan Kebebasan, dan kemudian Yogi ( orang yang berlatih yoga) itu akan mendapatkan kekuatan batin ( Siddhis) dimana ia bisa hidup selama disukainya!

Kebanyakan sistem Yoga terbagi atas 4 bagian :

- Bagian I : meliputi semua senam untuk membetulkan bagian tubuh, latihan bernafas, latihan konsentrasi, tepekur, meditasi. Juga termasuk apa yang disebut latihan untuk memahirkan diri sendiri. Biasanya dikatakan bahwa orang Kristen dapat ikut bagian pertama ini, dan beberapa dokter malahan menasihatkan untuk menyembuhkan pasiennya dengan cara ini.
- Bagian II : Ialah pengendalian kesadaran. Sebagai contoh, guru dari bagian II ini dapat mengontrol dan memerintah sistem urat syaraf perut. Mereka dapat dengan sederhana melalui konsentrasi, menambah dan mengurangi peredaran darah dan dari sini mereka membuat cuping telinga menjadi merah, dan pada waktu yang sama mereka memadukan warna lain di cuping telinga yang lain. Yang lain dapat meyebabkan tanda salib di telapak tangannya, walaupun tidak bersangkut paut soal agama. Yang lain dapat menusuk pisau menembus tangan dan pipinya. Lukanya tidak berdarah, tetapi tertutup sama sekali pada saat pisau dicabut keluar dan sembuh dalam bebrapa jam.
- Bagian III : Ialah pengontrolan atas kekuatan tabiatnya. Seorang yogi, melalui konsentrasi dapat melepaskan tenaga batinnya ( sebenarnya adalah kekuatan kuasa gelap di dalam dia), yang cukup kuat untuk melelehkan es, dapat memadamkan api.
- Bagian IV : Bersangkut paut dengan dunia sihir dan kuasa-kuasa di udara. Disini meliputi penggunaan dan praktek segala persoalan dengan roh-roh, pengembaraan jiwa ke mana-mana dan phenomena-phenomena kuasa gelap.


Pengertian Yoga

Yoga dari bahasa Sansekerta berarti “penyatuan”, yang bermakna “penyatuan dengan alam” atau “penyatuan dengan Sang Pencipta”. Secara harfiah, definisi yoga adalah untuk ‘bergabung dan bersatu secara percuma.’ Nah apa saja yang diusahakan yogi untuk digabungkan dan dipersatukan atau persatuan? Jawabannya terletak pada konsep tiga unsur manusia yang diyakini dalam agama India kuno. Bagi mereka, manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu pikiran, tubuh, dan jiwa. Tujuan akhir seorang siswa yang melakukan praktek yoga adalah untuk mempersatukan ketiga unsur tersebut dan mencapai persatuan dengan ‘Sang Tuhan’ atau ‘Pikiran Alam Semesta’.” [1].

Yoga adalah salah satu jalan keselamatan dalam Hinduisme, yaitu cara mencapai Moksa atau kelepasan. Yoga berarti usaha mendisiplin diri untuk merealisasikan kehadiran Tuhan dalam diri, dan juga berarti usaha mengatur kekuatan alam dari roh, dan juga sebagai usaha penyatuan diri dengan zat ilahi. “

Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan. Masyarakat global umumnya mengenal Yoga sebagai aktifitas latihan utamanya asana (postur) bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan latihan pernapasan, oleh tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan dipraktekkan selama lebih dari 5000 tahun.[2]

Sedangkan pengertian Yoga menurut Ensiklopedi umum adalah sistim ajaran gaib yang diperkembangkan Hinduisme dengan maksud membebaskan orang dari dunia khayalan seperti yang difahami dengan pancaindera. Pembebasan ini sukar dan mungkin memerlukan beberapa kali umur hidup. Yogi (penganut yoga) yang percaya akan pantheisme (kepercayaan bahwa dunia dengan segala isinya adalah Tuhan) mencari persatuan dengan jiwa seluruh alam dunia. Penganut yoga yang atheis (tidak mengakui adanya Tuhan) mencari perasingan yang sempurna dari segala jiwa-jiwa lainnya dan pengetahuan diri sendiri yang sempurna. Kemudian terakhir yang dicari ialah kemuliaan penerangan sempurna. Para penganut yoga memakai disiplin jasmani untuk mencapai itu: penyucian, kebersihan, samadi, dan latihan. [3]

Orang yang melakukan tapa yoga disebut yogi, yogin bagi praktisi pria dan yogini bagi praktisi wanita. Sastra Hindu yang memuat ajaran Yoga, diantaranya adalah Upaishad, Bhagavad Gita, Yogasutra, Hatta Yoga serta beberapa sastra lainnya.[3] Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam Bhagavad Gita, diantaranya adalah Karma Yoga/Marga, Jnana Yoga/Marga, Bakti Yoga/Marga, Raja Yoga/Marga.

Di India, dalam kitab Upanishad dijumpai ajaran mistik (kebatinan) Hindu yang mengajarkan ‘usaha penyatuan zat manusia (atman) dengan zat semesta (brahman),’ usaha mana dilakukan dengan praktek meditasi, pengetahuan mistik dan latihan pernafasan. Zat itu dinamakan Prajapati yang dalam Upanishad Svetasvatara disebut: “Aku (self) itu adalah api, matahari, angin, bulan; sama juga dengan langit berbintang, itu adalah Brahman, air, Prajapati.” (Lin Yu Tang, The Wisdom of China & India, hlm.50. A.G. Honig dalam buku ‘Ilmu Agama I,’ menyebut hubungan antara ‘zat’ itu dan ‘manusia’ berikut: “Pada hekekatnya hanya ada satu zat, yaitu yang ‘ada’. ‘Zat’ ini dapat disebut ‘Prajapati’, tetapi ia tidak dibayangkan sebagai dewa yang berpribadi, yang berdiri di luar dunia, melainkan ‘dasar segala hal’ yang tidak berpribadi. Untuk menyatakan ‘dasar segala hal’ itu, upanishad-upanishad selalu memakai istilah ‘Brahman.’

Di dalam upanishad-upanishad mulailah manusia mendapat perhatian yang besar. Di sini manusia dipandang sebagai cermin dunia. Segala daya kekuatan alam semesta itu bertemu di dalam manusia seperti sinar cahaya yang bertemu pada titik api. Agni, dewa api, Vayu, dewa angin, dan dewa-dewa lainnya berkedudukan di dalam manusia. Dengan konsekwen, maka manusia digambarkan sebagai mikro-kosmos.’ Suatu pikiran yang lebih lanjut ialah: Kalau dunia ini pada hakekatnya satu, maka manusia pun pada hakekatnya adalah satu juga.

Yang dimaksud dengan itu ialah, bahwa segala daya kekuatan di dalam manusia hanya mempunyai satu dasar kekuatan saja. … Maka perkataan yang dipakai orang untuk menunjukkan kesatuan hidup yang terdalam pada manusia ialah ‘atman,’ sebuah perkataan yang asal mulanya berarti nafas.” (hlm.85).


Sejarah Yoga
Ajaran Yoga dibangun oleh Maharesi Patanjali (sekitar 2.500 SM), dan merupakan ajaran yang sangat populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Veda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal (Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran. Sastra Yogasutra yang ditulis oleh Maharsi Patanjali, yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut: Samadhipada, sedangkan bagian kedua disebut: Sadhanapada, bagian ketiga disebut: Vibhutipada, dan yang terakhir disebut: Kailvalyapada.

Yoga Marga

Maharesi Patanjali adalah pelopor ajaran Yoga yang merupakan bagian dari filsafat Hindu yaitu Sad Darsana. Buku beliau yang bernama Yogasutra terdiri dari empat bagian yaitu :
1. Samadhi-pada, tentang sifat, tujuan dan bentuk ajaran yoga yang menjelaskan adanya perubahan-perubahan pikiran dalam melakukan yoga.
2. Sadhana-pada, tentang tahapan-tahapan pelaksanan yoga, cara mencapai samadhi dan pahala yang akan didapat oleh mereka yang telah mencapai samadhi.
3. Wibhuti-pada, tentang hal-hal yang bersifat bathiniah, kekuatan bathin yang didapat oleh mereka yang melaksanakan yoga.
4. Kaiwalya-pada, tentang alam kelepasan dan keadaan jiwa yang telah dapat mengatasi keterikatan pada keduniawian.

Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan yoga adalah pencapaian moksa melalui kesadaran yang disebut sebagai “wiwekajnana” yaitu pengetahuan tentang apa yang salah dan apa yang benar menurut ajaran Hindu. Sebagaimana telah diuraikan dalam Jnana Marga, maka dapatlah dikatakan bahwa Jnana Marga adalah dasar fundamental bagi Yoga Marga, karena untuk mencapai kesadaran Wiwekajnana para siswa haruslah mempelajari Weda, Upanisad, Smrti, Itihasa dan Purana. Hal ini ditegaskan oleh Maharsi Patanjali bahwa kelepasan dari ikatan duniawi dapat dicapai melalui pengetahuan langsung terhadap perbedan atman/jiwa dengan hal-hal yang bersifat jasmani seperti badan, pikiran dan sifat ke-akuan kemudian mewujudkannya melalui pengendalian fungsi indria, pengendalian pikiran, dan pengendalian “aku”

Yoga dilaksanakan melalui delapan tahapan dikenal dengan nama “Astangga-yoga” yaitu : Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Prtyahara, Dharana, Dhyana, dan Samadhi.

YAMA
Adalah pengendalian diri tahap pertama yang terdiri dari lima perintah :
1. Ahimsa, artinya tidak menyakiti, tidak membunuh, tidak melakukan kekerasan, tidak melukai mahluk hidup apapun dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
2. Satya, artinya kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
3. Asteya, artinya pantangan menginginkan sesuatu yang bukan miliknya sendiri, apalagi mencuri.
4. Brahmacarya, artinya mengendalikan nafsu sex atau lebih bagus lagi tidak menikmati, memikirkan dan membicarakan sex.
5. Aparigraha artinya tidak menerima pemberian materi dari orang lain.

NIYAMA
Adalah pengendalian diri tahap kedua yang terdiri dari lima perintah :

1. Sauca, artinya suci lahir bathin menuju keadaan Sattwasudhi (kesucian pikiran), Saumanasya (hati yang selalu gembira), Ekagrata (pemusatan budhi), Atmadarsana (realisasi diri yang sejati),
2. Santosa, artinya puas dengan apa adanya yang membawa kepada rasa bahagia,
3. Tapa, artinya tahan uji terhadap godaan-godaan adharma dan keduniawian,
4. Swadhyaya, artinya rajin mempelajari ajaran-ajaran Agama serta meresapkan kedalam pikiran,
5. Iswarapranidhana, artinya bhakti yang mutlak kepada Hyang Widhi.

YOGA ASANA
Asana adalah sikap duduk pada waktu melaksanakan yoga. Buku Yogasutra tidak mengharuskan sikap duduk tertentu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada siswa sikap duduk yang paling disenangi dan relax, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistim saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang relax antara lain : silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (metimpuh-bhs. Bali, menduduki tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan menghadap keatas.

PRANAYAMA.
Pranayama adalah pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lobang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Pranayama terdiri dari : Puraka yaitu memasukkan nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan Recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan recaka dilaksanakan pelan-pelan bertahap masing-masing dalam tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu : muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun. Bagi siswa yang ingin memperdalam atau mengkhususkan diri dalam Yoga Kundalini, selanjutnya dapat membaca petunjuk-petunjuk yang diuraikan aadalam buku Sri Swami Sivanandaji Maharaj.

PRATYAHARA
Pratyahara adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah : pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Untuk jelasnya mari kita kutip pernyatan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut :Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam. Artinya :
Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.

DHARANA
Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata. Para Sulinggih (Pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karena disaat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogin menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah kedamaian bathin, matahari untuk kekuatan phisik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek diluar badan yang lain misalnya
patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual, dll. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi.

DHYANA
Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan/godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan/godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Ganguan/godan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut : “Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan gunan : Artinya : Dengan pranayama terbuanglah kotoran
badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Hyang Widhi…

SAMADHI
Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Astangga-yoga, yang dibagi dalam dua keadaan yaitu : 1) Samprajnatta-samadhi atau Sabija-samadhi, adalah keadaan dimana yogin masih mempunyai kesadaran, dan 2) Asamprajnata-samadhi atau Nirbija-samadhi, adalah keadaan dimana yogin sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya, karena bathinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Hyang Widhi. Baik dalam keadaan Sabija-samadhi maupun Nirbija-samadhi, seorang yogin merasa sangat berbahagia, sangat puas, tidak cemas, tidak merasa memiliki apapun, tidak mempunyai keinginan, pikiran yang tidak tercela, bebas dari “catur kalpana” (yaitu : TAHU, DIKETAHUI, MENGETAHUI, PENGETAHUAN), tidak lalai, tidak ada ke-”aku”-an, tenang, tentram dan damai. Samadhi adalah pintu gerbang menuju Moksa, karena unsur-unsur Moksa sudah dirasakan oleh seorang yogin. Samadhi yang dapat dipertahankan terus-menerus keberadaannya, akan sangat memudahkan pencapaian Moksa.  Katha
Upanisad II.3.1. : Yada pancavatisthante, jnanani manasa saha, buddhis ca na vicestati, tam ahuh paramam gatim,  Artinya : Bilamana Panca Indria dan pikiran berhenti dari kegiatannya dan buddhi sendiri kokoh dalam kesucian, inilah keadaan manusia yang tertinggi……………….


Jenis-jenis Yoga

Secara garis besar Yoga ada 4 jenis, yaitu :
1. Karma Yoga, 
2. Bakti Yoga, 
3. Jnana Yoga, 
4. dan Raja Yoga.

Adapun Mantra Yoga, Japa Yoga, Hatha Yoga, Kundalini Yoga, Kriya Yoga, dll. dikatagorikan sebagai Raja Yoga.

Karma Yoga, yoga yang dilakukan melalui kehidupan tanpa pamrih. Para praktisinya tidak pernah mengeluh menghadapi persoalan. Semua masalah dipandang merupakan akibat dari karma, maka harus diterima dan dihadapi. Konsep ini banyak disalah-pahami sebagai konsep hidup pasip, padahal konsep ini justru membawa manusia menjadi aktip dalam menghadapi kehidupan. Karma Yoga mengajarkan pada manusia untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan, bukan melarikan diri dari persoalan.

Bila anda praktisi Karma Yoga, maka persoalan apapun yang terjadi harus anda terima, tidak melarikan diri. Melarikan diri bukan solusi, tapi justru menimbun persoalan dan membuat persoalan baru. Persoalan tidak akan pernah hilang, yang ada hanyalah penundaan dan penumpukan. Untuk menyelesaikannya, mau tidak mau, suka-terpaksa, semua harus dihadapi. Entah kapan, yang jelas semua persoalan perlu penyelesaian. Banyak penderita stress, bahkan yang bunuh diri, dikarenakan tidak mau menerima suatu persoalan sebagai kenyataan dan menyelesaikannya, kemudian melarikan diri tanpa mau menghadapi dan menyelesaikannya.

Bakti Yoga, yoga yang dilakukan dengan berbakti kepada Tuhan, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Semuanya dilakukan dengan cinta tanpa memiliki pamrih apa pun (termasuk ingin masuk sorga). Kecintaan praktisi Bakti Yoga (Bakta) bermakna luas. Bukan hanya pada Tuhan, namun juga pada semua mahluk ciptaan-NYA. Mencintai ciptaan-NYA merupakan manifestasi dari mencintai Sang Pencipta. Cinta seorang Bakta tidak membeda-bedakan ras, suku, bangsa, dan agama. Tidak membenci yang miskin – yang kaya, yang indah – yang buruk, yang pintar – yang bodoh, yang beriman – yang kafir. Semuanya dicintai, bahkan binatang, tumbuhan, dan batu-batuan pun tidak luput dari kecintaan seorang praktisi Bakti.

Jnana Yoga, yoga yang dilakukan dengan jalan pengetahuan. Praktisi yoga ini adalah para intelektual, dengan cara mengkikis kebodohan manusia. Dengan terkikisnya kebodohan, maka manusia semakin pandai. Semakin pandai manusia, terhapuslah kemiskinan, ketidak-adilan, dan kesewenangan. Dengan demikian semakin damai dunia. Semua itu dikarenakan manusia tahu akan hakekat dirinya. Manusia yang tahu hakekat dirinya, maka dia akan tahu hakekat Tuhannya. Itulah tugas para praktisi Jnana Yoga.

Raja Yoga, yoga yang dilakukan dengan cara mempraktekkan secara langsung tata cara pengedalian pikiran dan kesadaran indra-indra manusia. Raja Yoga memuat berbagai disiplin fisik dan pikiran, semua dilakukan dalam rangka menuju kepenyatuan seorang hamba dengan Tuhan. Hasil dari semua itu disebut Pencerahan, Manunggaling Kawula Gusti (Jw.). Makrifatullah (Is.). Apapun namanya, bukan suatu masalah yang patut diperdebatkan. Bagi praktisi yoga, yang penting adalah pelaksanaannya.

Perkembangan kemudian, hanya Raja Yoga lah yang dikenal sebagai Yoga. Bagi praktisi Raja Yoga, praktek Hatha, Japa, Mantra, Kundalini, dsb. bukanlah sesuatu yang terpisah. Sebagaimana praktek Sholat, tidak pernah memisahkan antara “bacaan” (doa-doa) dengan “gerakan-gerakannya”, semuanya sakral. Seorang praktisi Yoga yang sempurna, juga melakukan praktek Bakti, Karma, dan Jnana. Sebagaimana seorang yang taat beragama, tidak hanya melakukan ritual peribadatan pada Tuhan saja, tapi juga melakukan semua aturan moralitas dan hukum yang telah digariskan.

Yoga Sutra yang disusun oleh Maharshi Patanjali ini adalah teks klasik terbesar dan terutama dalam aliran filsafat Yoga India. Ia dinyana telah ditulis 2500 tahun lalu; jadi kurang lebih sejaman dengan Buddha Gotama.  Bahkan ada yang berpendapat bahwa teks ini telah disusun tak kurang dari abad ke-2 SM. Di dalamnya, sutra-sutra tentang Yoga atau penyatuan universal benar-benar pendek dan akurat; menegaskan secara lengkap, rinci dan akurat bagian-bagian yang esensial. Mengingat kepadatan dan kepekatan kandungan makna spiritual-filosofisnya, Yoga Sutra dianjurkan untuk dijelaskan dan di-interpretasikan oleh seorang Guru Yoga melalui komentar-komentar. Praktek Yoga dipandang sebagai pelengkap dari dan dalam satu kesatuan pandang dengan filsafat Sankhya. Tujuan-pokoknya adalah merealisasikan kebebasan Jiva dari kungkungan Maya.

Ketidak-cukupan informasi tentang Yoga telah mengundang tak sedikit persepsi keliru di kalangan awam tentangnya. Yoga seringkali dikacaukan dengan Tapa, atau bahkan dengan sesuatu yang berbau klenik yang mendekati takhyul, atau memandangnya hanya dari sudut-pandang kegaiban-kegaiban dan kanuragan saja, telah menggugah penulis untuk menghadirkan buku ini di tengah-tengah kita semua.

Untuk ini, ada baiknya diketengahkan paparan Sri Swami Sivananda—pendiri The Divine Life Society—tentang Yoga.

“Yoga bukanlah mengurung diri di dalam gua-gua, bukan pula berkelana di hutan-hutan lebat sekitar pegunungan Himalaya. Ia juga bukan hanya memakan jenis makanan yang berupa sayur-mayur dari pegunungan. Brahman bukanlah pengecut yang lari dari hiruk-pikuknya komunitas dan pemukiman manusia. Praktekkan sajalah Yoga di rumah Anda sendiri. Manakala hasrat untuk mempraktekkannya muncul, ini berarti bahwa kebebasan telah berada dalam jangkauan Anda, oleh karenanya manfaatkanlah peluang ini sebaik-baiknya…..Menjalani kehidupan sebagai seorang Yogi, tidaklah mesti menelantarkan siapapun juga atau mengabaikan kewajiban-kewajiban melekat Anda. Ia bermakna merubah sikap hidup dari kebiasaan mengerjakan sesuatu yang sia-sia, menuju jalur yang secara pasti mengantarkan langsung kepada Tuhan. Ia dibarengi dengan perubahan prilaku dalam menjalani kehidupan serta metode-metodenya guna membebaskan diri Anda dari berbagai belenggu dan kemelekatan. Kebenaran dan pengabaian keakuan, sebenarnya merupakan masalah sikap-batin”.

Sesuai sistematika dari teks aslinya, Kidung Kelepasan Patanjali inipun disajikan dalam 4 bagian (pãda), masing-masing adalah:
• Samãdhi Pãda.
• Sãdhana Pãda.
• Vibhuti Pãda.
• Kaivalya Pãda.

Samãdhi Pãda — Hakekat Penyatuan Agung

Pãda yang tersusun dalam 51 sutra ini memaparkan tentang landasan spiritual-filosofis Yoga, hakekat dari penyatuan dan hakekat ketuhanan dalam Yoga. Dalam bagian ini akan banyak kita temukan paparan yang menyangkut intisari keimanan Hindu, yang juga berhampiran dengan Buddha, serta penerangan yang amat bersesuaian dengan Upanishad-upanishad dan Veda Sruti. Dari bagian ini pula, bila kita cermati, kesinambungan antara Sanhkya Darsana dan Vedanta terjembatani dengan Shastrãgama-shastrãgama lain. Pãda ini merupakan pembuka yang berisikan pembekalan dalam tahap persiapan, sebagai landasan pijak dan kerangka dasar seorang sadhaka, seorang penekun di jalan spiritual.

Samãdhi Pãda terutama menjelaskan beberapa jenis Samãdhi sesuai dengan tersisa atau tidaknya objek di dalam Samãdhi, yang dicapai bersama dengan terhentinya pusaran-pusaran pikiran. Kaivalya, yang merupakan isu sentral dari Yoga Sutra ini, hanya dicapai melalui Nirvikalpa atau Nirbija Samãdhi. Walaupun demikian, jenis pencapaian lain tetap merupakan pencapaian tinggi yang merupakan penghampiran pra yang tertinggi. Pembekalan mendasar, seperti ketidak-melekatan (vairagya) dan pembiasaan laku-spiritual (abhyasa) juga diberikan, sebelum seorang sadhaka benar-benar terjun dalam praktek kehidupan spiritual secara intens.

Sãdhana Pãda — Paparan Praktis Praktek Spiritual.

Pãda yang tersusun dari 55 sutra ini memberikan paparan praktis bagi seorang sadhaka. Disini mulai diperkenalkan Yama, Niyama, Pranayama dan Pratyahara, serta persiapan untuk memasuki tiga-serangkai Samyama —Dharana-Dhyana-Samadhi. Samyama baru dipaparkan secara panjang lebar pada Vibhuti Pãda. Metode pembebasan psikologis dan spiritual yang terdiri dari delapan tahapan ini, juga dikenal dengan Ashtanga Yoga.

Disini juga diingatkan akan bahaya dari siddhi bagi seorang sadhaka sejati. Secara keseluruhan prinsip-prinsip praktis dari Yoga dapat ditemukan disini dalam paparan yang lugas. Sebagai paparan praktis, di dalam mengikuti Sãdhana Pãda ini kita juga acapkali seakan-akan sedikit ‘dipaksa’ untuk mengerti tentang sistem Yoga praktis tertentu, terutama Hatha Yoga dan Laya Yoga atau Kundalini Yoga.

Vibhuti Pãda — Paparan tentang Kekuatan dan Kesempurnaan.

Disini dipaparkan tuntunan praktis yang lebih tinggi, terutama tentang tiga-serangkai Samyama, melalui mana kekuatan-kekuatan spiritual, kegaiban-kegaiban, hingga kesempurnaan Yoga bisa dicapai.

Bagi yang mempunyai naluri mistis yang kuat, bagian yang tersusun oleh 56 sutra ini, bisa merupakan bagian yang paling menarik. Disini juga disampaikan peringatan-peringatan untuk tidak melaksanaan Yoga hanya demi perolehan kekuatan-kekuatan dan kegaiban-kegaiban itu, apalagi terikat padanya. Ini dapat dengan mudah menjatuhkan sang penekun.

Kaivalya Pãda — Menggapai Kebebasan Sejati.

Di antara ke-empat Pãda, Kaivalya Pãda inilah yang tersingkat. Disini paparan terasa padat, yang utamanya difokuskan pada pencapaian Kaivalya dan tentang bagaimana seorang Yogi yang telah mencapai status itu. Disini Patanjali tak lupa menyelipkan lagi tatanan etika-moral luhur dari seorang Yogi Sempurna —yang dalam ajaran Vedanta kita kenal sebagai Jivanmukta, ia yang telah terbebaskan dari siklus Samsara dan tak terlahirkan kembali di alam manapun — di antara 34 sutra pembentuknya.

Jadi, secara keseluruhan, ke-empat Pãda benar-benar membentuk satu kesatuan integral, yang kait-mengait satu sama lain, mengalir dan berlanjut, saling memperjelas dan mempertegas. Ini juga berarti meminta praktisi mempelajari Yoga Sutra —guna memperoleh pemahaman yang baik tentang praktek Yoga itu sendiri— secara berulang-ulang, bolak-balik ke depan dan kembali ke belakang. Ia memang merupakan manual-praktis yang tersaji dalam satu kesatuan bahasan komprehensif, menyeluruh dan terpadu. Guna menunjang bahasan-bahasan, dengan segala kerendahan hati, di akhir buku ini penyusun sajikan sebuah tulisan lepas sebagai appendiks.

Dalam kesempatan yang bersahaja ini, kiranya pada tempatnyalah kita bersyukur dan bersujud dengan penuh hormat kepada Maharshi Patanjali, atas kemurahan hati beliau yang tanpa pamerih telah menyusun sistematika praktis serta melahirkan satu aliran filsafat (darsana) agung yang tiada duanya, yang dapat mengantarkan manusia menuju Kebebasan Sejati.


8 Tahapan Untuk Yoga

Berdasar pada tulisan tertua tentang yoga yang dibuat oleh seorang tokoh legenda bernama Patanjali (sekitar 2.500 SM), ada langkah atau tahap-tahap tertentu yang harus dilalui seorang manusia untuk menguasai atau mengenal yoga. Tahapan tersebut berupa 8 langkah atau tingkatan yang dikenal dengan istilah Astanga (Asthangga), Asta = 8, tanga = Tangga, atau 8 tingkatan (tangga). Tingkatan tersebut berupa :

1. Yama ; Kontrol etis, perlakuan kita terhadap faktor eksternal dalam kehidupan

2. Niyama ; Penguasaan spiritual dalam memelihara kemurnian hidup sebagai manusia ciptaan Tuhan

3. Asana ; Rangkaian gerak postur untuk melatih serta memelihara juga meningkatkan fungsi seluruh bagian tubuh

4. Pranayama ; Seni pernapasan yang mampu meningkatkan kualitas kehidupan secara menyeluruh

5. Pratyahara ; Penguasaan diri yang bersifat internal. Kemampuan untuk fokus terhadap apa yang ada dalam ‘diri seorang manusia’.

6. Dharana ; Konsentrasi, apabila kita mampu memelihara fokus tadi secara lebih intens.
7. Dhyana ; Sebuah level di mana fokus tadi menjadi sesuatu yang bersifat otomatis, panjang namun tanpa beban. Pelakunya mampu membuat diri mereka fokus penuh konsentrasi namun terlihat luar biasa relaks serta nyaman.

8. Samedhi ; Saat semua pencapaian positif tersebut telah termanifestasi dalam semua aspek kehidupan sang manusia pelaku yoga.


Falsafah Yoga Menurut Agama Non Islam

Falsafah yoga hampir diterima oleh semua agama, namun Islam tidak pernah menerima falsafah yoga. Islam merupakan agama yang amat mementingkan eksklusivisme yaitu perbedaan yang mendasar dalam hal yang berkaitan dengan konsep ketuhanan. Contoh penerimaan agama lain terhadap yoga adalah sebagai berikut :
a) Yoga Hindu: Mengatakan bahwa kita bisa bersatu dengan Tuhan dengan Roh masih ada dalam tubuh, disaat seseorang itu masih hidup di dunia ini. Jalan akhir keluar dari dukkha dan samsara yang terus-menerus terjadi ini hendaklah belajar cara-cara mengamalkan Yoga dengan sungguh-sungguh. 
b) Yoga Buddha: Hasil dari pertapaannya, Gautama Buddha mendapat Kegemilangan Rohaniah (Enlightened).
c) Yoga Yahudi: Yahudi juga menerima Yoga. Mereka menggunakan cara yang sama seperti latihan bernafas, membaca mantra dan melakukan pose-pose tubuh tertentu (Asana) untuk  mencapai kesadaran Ilahi ( consciousness) 
d) Yoga Kristian: Kepercayaan Yoga Kristian ialah “Kesatuan Roh dengan Tuhan”, berarti Yoga sesuai dengan Kristian. Yoga Kristian mengatakan bahwa kita bersatu dengan Allah selepas mati.[7]

Yoga dan Kekuatan Siddhi (Metafisik)

Kemampuan seperti ‘clairaudience’ (mendengar suara yang tak dapat didengar oleh telinga manusia normal), ‘clairvoyance’ (kemampuan untuk melihat obyek yang atidak ada didepan indrya mata), dan ‘telepathy’ (kemampuan untuk mengirim dan menerima pikiran) adalah beberapa Siddhi (occult power) yang dikenal oleh manusia. Begitu pula kemampuan untuk mengadakan dan menghilangkan sesuatu sesuai dengan keinginan disebut juga Siddhi.
Menurut agama Hindu, Siddhi dikembangkan dalam diri manusia dengan mengangkat kekuatan Kundalini atau kekuatan ular melalui saraf tulang belakang. Kekuatan Kundalini ini berada pada ‘Muladhara’ di balik organ seksual pada dasar dari saraf tulang belakang manusia. Diyakini bahwa ketika seorang manusia berkembang secara spiritualitas, kekuatan ini bangkit secara perlahan dan bergerak melewati enam pusat (Chakra) di saraf tulang belakang (spinal cord) dan akhirnya menjadi satu pada titik paling atas dalam otak yang disebut ‘Sahasrara‘. Pada titik itu orang tersebut mengembangkan Siddhi.


ASTANGGA YOGA
Sekitar 100 SM, Tantra dibagi menjadi delapan cabang atau tahapan oleh Patanjali, selanjutnya diberi nama Astangga Yoga.

Yoga mengedepankan kontrol atas aktivitas-aktivitas tubuh, indra, dan pikiran. Ia tidak ingin membunuh tubuh, pada sisi lain, ia merekomendasikan penyempurnaannya. Pikiran yang baik, memerlukan tubuh yang baik pula. Keduanya harus dirawat dan dikendalikan agar mampu mengantarkan kita menuju cita-cita hidup tertinggi. Kemelekatan pada objek-objek duniawi membuyarkan perhatian tubuh dan pikiran. Untuk mengatasi masalah ini, Yoga memberikan delapan tahapan berjenjang untuk mendisiplinkan tubuh dan pikiran. Delapan tangga tersebut disebut Astangga Yoga, yaitu :

(1) Yama,
(2) Niyama,
(3) Asana,
(4) Pranayama,
(5) Prathyahara,
(6) Dharana,
(7) Dhyana, dan
(8) Samadhi.

Dua yang pertama, yaitu Yama dan Niyama dipandang sebagai etika Yoga yang harus dilaksanakan sebelum menginjak tahapan berikutnya.

1. Yama, artinya pantangan yang mencakup pantang menyakiti makhluk lain baik dalam pikiran, kata-kata maupun perbuatan (ahimsa), pantang berbuat salah (satya), pantang mencuri (asteya), pantang mengumbar nafsu (brahmacharya), dan pantang memiliki hak orang lain (aprigraha).

2. Niyama, artinya pembudayaan diri dan termasuk penyucian (sauca) eksternal dan internal, kedamaian (santosa), bertapa (tapa), belajar (svadhyaya) dan pemujaan kehadapan Tuhan (Isvharapranidhana).

3. Asanas secara harfiah berarti “sikap tubuh yang nyaman”. Selama dalam gerakan yang nyaman ini tubuh tetap dalam keadaan yang sangat rileks dan pernafasan yang sangat dalam yang secara alamiah menyertai sikap tubuh ini, membawa sejumlah besar oksigen diserap ke dalam aliran darah. Selama asanas energi dikumpulkan tidak dikeluarkan. Asanas memberi efek pada setiap aspek dari fisik. Menyeimbangkan sekresi kelenjar, mengendurkan dan memperbaiki sistim syaraf dan otot, merangsang sirkulasi, meregangkan tendon, melenturkan persendian, memijat organ-organ dalam dan menenangkan serta mengkonsentrasikan pikiran. (Asanas akan mengontrol kelenjar, kelenjar akan mengontrol sekresi/produksi hormon dan sekresi hormon akan mengontrol kecendrungan pikiran). Kehidupan modern membuat kita selalu berpacu dengan waktu. Tekanan pekerjaan dan peningkatan emosional akan menyebabkan depresi yang meluas bahkan mungkin beberapa penyakit kejiwaan yang disebabkan oleh pikiran. Kita telah kehilangan kedamaian mental kita. Yoga adalah solusi yang jelas. Postur-postur dalam yoga akan menyeimbangkan kelenjar endokrin yang dapat menenangkan dan mengontrol emosi kita. Pernafasan yang dalam selama asanas akan menenangkan dan memberikan energi yang banyak pada pikiran.

4. Mengendalikan Energi vital (Pranayama). Hidup adalah suatu energi (prana) dalam tubuh. Energi atau kekuatan ini menjaga fungsi-fungsi tubuh dengan cara menggetarkan sel-sel, saraf, organ, dan lain-lain. Getaran ini didapatkan dari denyut prana (kekuatan hidup) yang berulang-ulang. Jika seseorang yogi mengarahkan pikirannya menuju lapisan intuisi terhalus, maka ia harus membuat tubuhnya dalam keadaan damai dengan cara mengendalikan denyut prana yakni dengan pranayama, artinya mengontrol nafas dan berkaitan dengan pengaturan-pengaturan nafas ke dalam, menahan nafas dan nafas ke luar. Ini sangat berguna bagi kesehatan dan sangat kondusif bagi konsentrasi pikiran.

5. Prathyahara, artinya mengontrol indra-indra dan terdiri atas penarikan indra-indra dari objek-objeknya. Indra-indra kita mempunyai kecendrungan yang besar bergerak ke luar untuk memenuhi keinginannya. Indra-indra tersebut harus selalu dicek dan diarahkan agar bergerak ke dalam, revolusi ke dalam. Ini merupakan proses introversi diri.

6. Dharana, artinya memusatkan pikiran pada satu objek meditasi seperti ujung hidung atau tengah-tengah jidat atau bayangan suatu deva, dan sebagainya. Pikiran harus ditegakkan, kuat dan terfokus, seperti nyala lilin. Ia tenang, tegak, tak tergoyahkan oleh fluktuasi-fluktuasinya.

7. Dhyana, artinya meditasi dan terdiri atas aliran yang tak terganggu pikiran di sekitar objek meditasi (prtyayaika-tanaka). Ini adalah kontemplasi teguh tanpa adanya istirahat.

8. Samadhi, artinya konsentrasi. Ini merupakan tahapan terakhir di dalam sistem yoga. Di sini pikiran benar-benar diserap di dalam objek meditasi. Di dalam dhyana tindakan meditasi dan objek meditasi tinggal terpisah. Tetapi di sini mereka menjadi satu. Ini merupakan alat bantu tertinggi untuk merealisasikan penghilangan modifikasi-modifikasi mental yang merupakan tujuannya.


CATUR MARGA YOGA
Catur marga adalah empat buah jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan moksartamjagathita. Keempat ini sama utamanya.
Yang disebut Catur Marga Yoga itu adalah :
1. Bhakti Marga Yoga
2. Karma Marga Yoga
3. Jnana Marga Yoga
4. Raja Marga Yoga.

Setiap orang bebas memilih salah satu dari keempat jalan ini, sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing, tidaklah mesti orang harus berpegangan pada satu marga saja, bahkan keempatnya itu hendaknya digerakkan secara harmonis seperti halnya seekor burung. Kalau diumpamakan bahwa sayap kiri dari burung adalah Jnana Marga, maka sayap kanannya adalah Bhakti Marga. Seekor burung akan bisa melayang dengan baik kalau sayap kiri dan akannya seimbang. Burung tidak akan bisa mencapai tujuanya yang dikehendaki walaupun memiliki daya dorong yang kuat. Kemudian sayap ekor yang berfungsi sebagai kemudi mengarahkan sebaik-baiknya supaya jangan terbangnya menyimpang dari tujuan.

◙ Bhakti Marga Yoga, mengutamakan penyerahan diri dan mencurahkan rasa;
◙ Karma Marga Yoga, mengutamakan kerja tanpa pamerih untuk kepentingan diri sendiri, dengan mengutamakan pengabdian sebagai motivator dari geraknya;
◙ Jnana Marga Yoga, mengutamakan akal yang membangkitkan kesadaran;
◙ Raja Marga Yoga mengajarkan pengendalian diri dan konsetrasi.

Manusia yang akalnya hebat tetapi tanpa rasa adalah sama dengan Komputer atau Mesin, sebaliknya orang yang rasa (emosinya) tinggi tanpa diimbangi dengan akal, akan menjadi “kedewan-dewan”, bhakti dan jnana sangat perlu hebat tetapi harus seimbang.

Akal yang hebat dan rasa yang kuat akan sangat berguna kalau dapat diarahkan ke suatu tujuan yang baik, sebab itu diperlukan konsentrasi supaya jangan menyimpang dari arah (Raja Marga Yoga).

Kalau akal dan rasa sudah seimbang arah sudah terpusat maka orang akan bisa mencapai prestasi yang sangat tinggi. Prestasi yang tinggi kalau digunakan untuk kepentingan diri sendiri akan membahayakan, oleh sebab itu perlu kehebatan yang dimiliki oleh manusia itu diabdikan untuk kepentingan orang banyak (Karma Marga).

Demikianlah akal dan rasa dipadukan secara seimbang, tekad yang kuat dan terkendalikan serta terarah ditujukan untuk pengabdian. Jadi fokus Yoga dalam Hindu Dharma adalah pada Sang Atman (Jivatma).



KEKUATAN KUNDALINI

Menurut Kitab-kitab Tantra, ada kekuatan hebat yang sangat rahasia di dalam tubuh manusia yang disebut kekuatan Kundalini atau kekuatan ular. Ia berbaring seperti seekor ular dalam gulungan atau bentuk yang tidak aktif pada dasar dari tulang belakang di Muladhara Chakra. (Tiga dari saraf yang paling penting dari tubuh manusia, Sushumna, Ida dan Pinggala, juga berawal dari titik yang sama). Menurut Tantra, karena kekuatan yang hebat ini tetap tidur (dormant) selama kehidupan seseorang, kebanyakan orang tidak menyadari keberadaannya. Dipercayai bahwa ketika seorang manusia mengembangkan spiritualitas dengan meditasi atau latihan Pranayama, kekuatan ini bangkit ke atas perlahan-lahan melalui saraf Sushumna. Bergeraknya ke atas secara perlahan dari kekuatan Kundalini ini dikenal sebagai kebangkitan dari Kundalini.

Kekuatan ini begerak ke atas secara perlahan-lahan dan mantap dan tidak melesat ke atas dalam satu garis lurus. Ketika melewati setiap pusat batin (psychic center), orang itu akan memiliki kendali penuh atas organ-organ indriyanya. Misalnya, bila ia mencapai Manipura Chakra di seberang pusar, orang itu akan mempunyai kendali penuh atas atas pandangan. Tidak ada Samadhi (persatuan dengan Tuhan) yang dapat dilakukan tanpa kebangkitan kekuatan ini. Dikatakan bahwa kekuatan Kundalini melewati keenam Chakra dan akhirnya bersatu dengan Sahasrara di atas (tiara, crown) dari kepala. Ketika ini terjadi orang tersebut telah mencapai kesadaran kosmis, bentuk tertinggi dari pengejawantahan (Tuhan).


MISTERI YOGA DAN KUNDALINI SAKTI 1

Setiap orang mempunyai tenaga spiritual rahasia yang berbeda dan berpusat di ujung tulang ekor. Tenaga ini di dalam ajaran-ajaran spiritual kuno India dinamakan kundalini. Bagi orang kebanyakan, tenaga kundalini itu berada dalam keadaan tidur. Namun bagi yang mengerti, kundalini itu merupakan kekuatan sumber atau kekuatan dasar dari segala kekuatan di dalam badan. Baik yang bersifat kasar ataupun halus, dan mereka akan berusaha untuk membangkitkan Kundalininya.

Kundalini memulai kebangkitannya dari pusatnya di Cakra Muladhara, melewati Cakra Swadhisthana, Cakra Manipura, Cakra Anahata, Cakra Visuddha, Cakra Ajna, dan akhirnya mencapai Cakra Sahasrara, yaitu Cakra ke tujuh dan Cakra pusat terakhir dengan seribu pusat. Antara cakra ke tujuh dan cakra ke enam terdapat sebuah titik pusat yang dinamakan Bindu Visarga. Pusat ini yang memegang peranan sangat penting dalam kebangkitan kundalini.

Berbagai agama dan kepercayaan memiliki cara masing-masing yang berbeda untuk membangkitkan kundalini, dengan sistem dan tujuan yang berbeda pula. Beberapa diantaranya yang masih terpukau oleh kekuatan-kekuatan bawah, berusaha membangkitkan kundalini dengan tujuan mendapatkan kekuatan-kekuatan gaib, tenaga dalam  dan lain-lain. Namun tidak semua yang berusaha membangkitkan kundalini mempunyai tujuan untuk membebaskan dirinya dari khayalan dan kepalsuan. Malah sebaliknya berusaha memusatkan praktek-praktek pembangkitan kundalininya untuk tujuan merealisasikan Sang Diri Sejati. Mereka yang telah berhasil membangkitkan kundalininya akan mampu menjadi tuan dari keinginan-keinginannya.

Kata Cakra menunjukkan arti perputaran roda. Masing-masing cakra merupakan pusat-pusat roda pemutaran dari berbagai tenaga-tenaga yang berlainan di pusat-pusat yang berbeda pula di dalam tubuh manusia. Lancar tidaknya, atau berhasil tidaknya pemutara dan pembangkitan ditentukan oleh sejauh mana yang bersangkutan berhasil menyucikan pusat-pusat kekuatan tersebut. Tentu, serta saluran-saluran nadinya, khususnya tiga buah nadi, yaitu Ida, Pinggala dan Susumna nadi.

Spiral adalah kekutan daya hidup alami dan pertumbuhan. Spiral ini terus tumbuh dan tidak persis sama ditemui pada setiap orang. Spiral ini merupakan bentuk dari ‘curve’ dimana satu dan yang lain ukurannya berbeda tetapi bentuknya sama. Spiral bekerja dengan dua cara dan keluar masuk menuju sumbernya. Spiral ini dapat menentukan dan mengeliminasi hal-hal yang telah terjadi, secara tidak langsung dapat mencapai bagian yang lebih besar dan hal yang baru.


MISTERI YOGA DAN KUNDALINI SAKTI 2

Menurut Kitab-kitab Tantra, ada kekuatan hebat yang sangat rahasia di dalam tubuh manusia yang disebut kekuatan Kundalini atau kekuatan ular. Ia berbaring seperti seekor ular dalam gulungan atau bentuk yang tidak aktif pada dasar dari tulang belakang di Muladhara Chakra. (Tiga dari saraf yang paling penting dari tubuh manusia, Sushumna, Ida dan Pinggala, juga berawal dari titik yang sama). Menurut Tantra, karena kekuatan yang hebat ini tetap tidur (dormant) selama kehidupan seseorang, kebanyakan orang tidak menyadari keberadaannya. Dipercayai bahwa ketika seorang manusia mengembangkan spiritualitas dengan meditasi atau latihan Pranayama, kekuatan ini bangkit ke atas perlahan-lahan melalui saraf Sushumna. Bergeraknya ke atas secara perlahan dari kekuatan Kundalini ini dikenal sebagai kebangkitan dari Kundalini.

Kekuatan ini begerak ke atas secara perlahan-lahan dan mantap dan tidak melesat ke atas dalam satu garis lurus. Ketika melewati setiap pusat batin (psychic center), orang itu akan memiliki kendali penuh atas organ-organ indriyanya. Misalnya, bila ia mencapai Manipura Chakra di seberang pusar, orang itu akan mempunyai kendali penuh atas atas pandangan. Tidak ada Samadhi (persatuan dengan Tuhan) yang dapat dilakukan tanpa kebangkitan kekuatan ini. Dikatakan bahwa kekuatan Kundalini melewati keenam Chakra dan akhirnya bersatu dengan Sahasrara di atas (tiara, crown) dari kepala. Ketika ini terjadi orang tersebut telah mencapai kesadaran kosmis, bentuk tertinggi dari pengejawantahan (Tuhan).

Hasil Dari YOGA :
Tahap Pertama
Pada pranayama tahap pertama, badan yogi mulai berkeringat.
Bila demikian ia harus mengusapnya dengan baik-baik, kalau tidak badannya kehilangan dhatu (humor)nya.

Tahap Kedua dan Ketiga
- Pada tahap kedua terasa gemetar pada badan dan pada tahap ketiga, meloncat, kira-kira seperti seekor kodok dan bila pelaksanaannya menjadi semakin tinggi, akan mahir berjalan diudara.

- Bila yogi dapat terangkat diudara dan lepas dari tanah, walaupun tetap dalam keadaan padmasana, maka ketahuilah bahwa ia telah mendapatkan vayu-siddhi (berhasil mengatasi udara), yang menghancurkan kegelapan dunia ini.

- Tetapi selama (ia belum mendapatkannya), patuhilah segala aturan-aturan dan pemabtasan yang ditentukan diatas.

Dari kesempurnaan pranayama ikutilah pengurangan tidur, buang air dan kencing.
- Yogi yang memahami secara benar akan bebas dari penyakit dan kesedihan atau duka cita; ia tak pernah memperoleh keringat (busuk), air ludah dan cacing-cacing usus.

- Bila pada badan pada pelaku tak terdapat penambahan lender, angin ataupun empedu; maka kemungkinan ia dapat bebas dalam ketakteraturan istirahat dan makanannya.

- Kemudian tak ada hal merugikan yang akan menyertai, walaupun yogi makan banyak atau makan terlalu sedikit atau bahkan tidak makan sama sekali. Berkat kekuatan dari pelaksanaan yang konstan, yogi mendapatkan bhucari-siddhi, ia bergerak seperti kodok yang melompat diatas tanah, bila kaget dengan tepukan tangan.

- Sesungguhnya, banyak halangan-halangan yang keras dan sangat tak mungkin untuk diatasi didalam yoga, namun sang yogi harus melanjutkan pelaksanaannya disegala bahaya, walaupun nyawanya telah mencapai kerongkongan.

- Kemudian biarkanlah si pelaku dengan duduk pada tempat terpencil dan mengekang nafsunya, dengan pengulangan yang tak terdengar, mengucapkan pranava panjang Om, agar supaya menghancurkan segala halangan.

- Pelaksana yang bijaksana melalui pengaturan pernafasan secara pasti menghancurkan krma-nya, apapun yang diterimanya pada kehidupan yang sekarang, ataupun dimasa lalu.
- Yogi yang hebat dengan 16 pranayama dapat menghancurkan bermacam-macam kebajikan dan kejahatan yang tertimbun dalam kehidupan masa lalunya.

- Pranayama ini menghancurkan dosa, seperti api yang membakar habis setimbunan kapas yang membuat yogi bebas dari dosa, selanjutnya menghancurkan semua ikatan perbuatan baiknya.

- Yogi yang hebat setelah memperoleh 8 jenis tenaga fisik dan melewati lautan kebajikan dan kejahatan, melalui pranayama dapat bergerak dengan bebas melalui tri bhuvana.

- Kemudian secara berangsur-angsur ia akan membuat dirinya sendiri dapat melaksanakan selama 3 ghati (sekali dalam 1 jam, ia akan dapat menahan pernafasan selama jangka waktu tersebut). Melalui ini, yogi tak disangsikan lagi mendapatkan semua tenaga yang didambakannya.

Potensi Terpendam Hatha Yoga     

Fenomena dari spiral ini memberikan suatu pola evolusi suatu individu dan mencapai level kosmik. Pada intinya, Hatha Yoga merupakan kundalini sakti yaitu lingkaran ular berbentuk spiral yang menggambarkan kekuatan dan  tenaga potensial yang terpendam, yang pada dasarnya terdapat di dalam diri setiap orang. Kundalini mengandung arti panas dan sakti berarti kekuatan. Jadi kundalini sakti berarti tenaga spiral yang panas, diam terbaring namun merupakan tenaga yang potensial. Dan tenaga ini siap meluncur ke atas bila sudah dibuka pembungkusnya dan jalurnya sudah dibersihkan.

Di dalam kitab Gheranda-Samhita (3.9) dinyatakan bahwa kundalini terletak di Muladhara di daerah bagian bawah abdomen. Salah satu cara untuk merangsang cakra ini dengan menekan lapisan abdomen dengan tumit dan kedua sisi dari kaki, dimana tumit menekan lubang dubur dan mata kaki menekan solar plexus, dan merangsang kundalini dengan mengkontraksikan lubang dubur(bhanu).

Kundalini merupakan tenga yang dahsyat dan menyebar sehingga diyakini sebagai sumber kehidupan. Terdapat titik khusus dalam matrix tubuh yng menyimpan tenaga potensial untuk merangsang atau mendapatkan tenaga tersebut. Dan satu dari titik itu menjadi perhatian khusus dalam Hatha Yoga.

Tujuan pertama dari Hatha Yoga adalah untuk membersihkan nadi sehingga dapat memperlancar prana, dan kemudian mendorong naik kekutan Kundalini. Pengaktifan tenaga laten yang dahsyat ini dilakukan menimbulkan transformasi yang mendalam dari yogi dan mempercepat perkembangan kesadaran akan identitasnya. Tahapan utama dalam proses transformasi ini ditunjukkan secara bersamaann dengan pembukaan dan penutupan kundalini di berbagai Cakra yang terletak di citrini-nadi dalam jalur Susumna, dan sampai pada puncaknya di Sahasrara –padma.

Sering orang-orang terserongkan oleh tanda-tanda tertentu yang kadang hanya merupakan getaran-getaran dari reaksi sentuhan awal kundalini. Mereka langsung mengatakan bahwa kundalini telah bangkit. Beberapa indikasi bangkitnya kundalini akan muncul setelah yang bersangkutan menunjukkan cara hidup yang diperlukan untuk itu. Kundalini tidak akan dapat bangkit jika yang bersangkutan tidak menjauhkan diri dari sifat-sifat yng tidak terpuji, termasuk sifat-sifat tidak terpuji yang sangat tersembunyi, yang sering bersembunyi pula di dalam kegiatan-kegiatan yang tampaknya saleh.

Beberap indiksi bangkitnya kundalini dapat diyakini jika terjadi adanya hentakan di Cakra Muladhara, ketika rambut berdiri pada pangkalnya saat Uddiyana, Jalandhara, dan Mulabandha muncul secara otomatis, saat nafas berhenti tanpa dikehendaki, saat Kevala Kumbhaka (konsentrasi penuh pada Prana) datang dengan sendirinya tanpa ditahan. Saat merasakan aliran prana mengalir ke atas menuju Sahasrara, saat mengalami pengalaman mistik, saat terucapnya mantra gaib OM berulang kali secara otomatis, saat tidak ada pikiran duniawi dalam benak, saat meditasi mata menjadi satu di trikuta (di antara dua alis mata), saat samsavi-mudra bereaksi, saat itu dikatakan bangkitnya kundalni. Selama meditasi, seolah-olah tidak merasakan badan, saat bola mata tertutup dan tidak terbuka tanpa dikehendaki, saat seperti adanya liran listrik mengalir naik-turun melalui saraf, saat itu dikatakan kundalini telah bangkit.


MISTERI YOGA DAN KUNDALINI SAKTI 3

Keseimbangan Nadi Ida dan Pingala

Psychiatris Amerika dan Opthalmologist Lee Sannella membuat kajian mendetail tentang ciri psychologist dn physioplogis dari “pengalaman kundalini” mencatat, bahwa sensasi pisik seperti gatal, bergerak-gerak, berdenyut, rasa panas-dingin yang amat sangat, penglihatan sinar dan perasaan adanya sumber suara, dan juga adanya “sparm” dan melilit seperti proses pembentukan  “archetypa”(multi bentuk) atau paling tidak dalam phase seperti itu. Lebih lanjut gambar klinis bangkitnya Kundalni juga diamati.

Menurut text India, Kundalini bangkit atau dibangkitkn pada jalur tulang belakang bergerak ke atas melalui  susumna bagian tengah dan berakhir setelah mencapai mahkota kepala. Sedangkn Lee Sannela menyatakan gambar klinis Kundlini bergerak dari bagian kaki dan pinggang menuju bagian atas kepala, kemudian turun ke bagian muka, bergerak menuju tenggorokan sampai tujuan akhir di daerah abdominal. Dalam hal ini Sannella memberi istilah ‘physio Kundalini’ untuk membedakan kajiannya dengan Yoga tradisional (India). Dinyatakan dengan jelas bahwa physio- Kundalini merupakn mekanisme terpisah yang bisa diaktifkan sebagai bangkitnya Kundalini secara menyeluruh.

Diantara study kajian Sannella, seorang wanita berumur 41 tahun dan telah lama melakukan latihan meditasi menyampaikan pengalaman sensasi-sensasi seperti rasa panas khususnya di bagian tulang belakang, yang diikuti adanya persepsi-persepsi cahaya dalam tengkorak kepala dan bergerak ke bawah di bagian tulang belakang.

Pengalaman tersebut berlanjut selama beberapa minggu, dan selama itu wanita  teresebut tidak merasa bermeditasi, sementara itu rasa panas yang mengalir dalam tubuhnya meningkat begitu dahsyat seakan menghancurkan system sarafnya. Bahkan orang lainpun merasakan rasa panas yang amat sangat saat menyentuh pinggang bagian bawahnya. Timbulnya gejala seperti itu menunjukkan kebiasaan yang berlanjut antara aspek bawah sadar dan organ fisik manusia. Sebagai halnya dalam Hatha Yoga, mekanisme dari organ badan kasar (Sthula Sarira) seperti pernafasan dan kontraksi otot dimanfaatkan untuk menrangsang Kundalini. Dari sudut pandang para Yogi, aktifitas dari beberapa kelenjar dari seseorang dapat diolah dengan baik secara bersamaan dalam satu matrix psychophysical.

Sehubungan dengan manifestasi bangkitnya Kundalini, Marshall Govindan menguraikan persepsi internal tentang cahaya yang menakjubkan (besar) di daerah Ajna-Cakra sebagai awal kebangkitan Kundalini. Selama tahapan ini, Govindan juga menyatakan bahwa pikiran menjadi lebih tenang dan nafsu makan berkurang. Nafas terus-menerus mengalir melalui hidung selama beberapa hari. Hal ini mengindikasikan seimbangnya Nadi Ida dan Pingala. Bahkan kadang ilusi ledakan Kundalini, dimana Govindan menjelaskan hal ini sebagai isyarat hentakan listrik dari jalur tulang belakang bergerak ke atas menuju Sahasrara.

Govindan juga menyatakan adanya suara musik (Nada) terdengar, dan tekanan perasaan tersebut membawanya menuju alam bawah sadar. Tubuh fisik akan menyesuaikan selama pembangkitan awal, dan baik detak jantung dan nafas mungkin berhenti sehingga terlihat mati fisik. Tetapi, jika dibuka kelopak matanya, matanya bersinar seperti mutiara karena pengaruh energi dimana interaksi dalam dirinya (supra-physical) menjadi suatu pengalaman dengan cahaya penuh kebahagiaan. (habis/jok)


MOKSA

Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa. Sedangkan hal-hal yang termasuk ikatan adalah :
1.  pengaruh panca indria,
2.  pikiran yang sempit,
3.  ke-akuan,
4.  ketidak sadaran pada hakekat Brahman-Atman,
5.  cinta kasih selain kepada Hyang Widhi,
6.  rasa benci,
7.  keinginan,
8.  kegembiraan,
9.  kesedihan,
10. kekhawatiran/ketakutan, dan
11. khayalan.

Moksa dapat dicapai oleh seseorang baik selama ia masih hidup (disebut : Jivam Mukta), maupun setelah meninggal dunia (disebut : Videha Mukta). Jika selama masih hidup seseorang itu mencapai moksa maka ia telah mencapai tingkat moral yang tertinggi, kehidupannya sempurna (krtakrtya), penuh dengan kesenangan (atmarati) karena terbebas dari 11 jenis ikatan yang disebutkan diatas, memandang dirinya ada pada semua mahluk (eka-atma-darsana), memandang dirinya ada pada alam semesta (sarva-atma-bhava-darsana). Kesenangan juga tercapai karena pengetahuan dan kesadaran bahwa brahman-lah atman yang ada didirinya (brahmanbhavana). Jika moksa dicapai setelah meninggal dunia maka terjadilah proses menyatunya atman dengan brahman sehingga atman tidak lahir kembali sebagai mahluk apapun atau bebas dari samsara, disebut juga sebagai kedamaian abadi (sasvatisanti).

Moksa adalah tujuan hidup manusia yang tertinggi yang dapat dicapai oleh setiap manusia bila ia :
1. Mampu membebaskan atman dari ikatan.
2. Mempunyai pengetahuan utama (paravidya) tentang brahman.
3. Melaksanakan disiplin kehidupan yang suci.
Oleh karena itu moksa juga dikatakan sebagai pahala yang tertinggi dari Hyang Widhi atas karma manusia utama, suatu anugerah yang maha mulia.

Ada kutipan Svetasvatara Upanisad I.6 yang sangat indah :

Sarvajive sarvasamsthe brhante asmis, hamso bhramyate brahmacakre, prthag atmanam pretitaram ca justas, tatas tenamrtatwam eti.

Artinya : Dalam roda Brahman yang maha besar dan maha luas, didalamnya segala sesuatu hidup dan beristirahat, sang Angsa mengepak-epakkan sayapnya dalam melakukan perjalanan sucinya. Sejauh dia berpikir bahwa dirinya berbeda dengan Sang Maha Penggerak maka ia dalam keadaan tidak abadi. Apabila dia diberkahi oleh Hyang Widhi maka ia mencapai kebahagiaan sejati dan abadi.

Makna dari sloka upanisad di atas adalah : Sekalipun anda telah melaksanakan disiplin kehidupan suci dan membebaskan atman dari ikatan-ikatan, namun bila anda tidak menyadarkan atman bahwa Brahmanlah atman, maka anda belum mencapai moksa.

KESIMPULAN : Moksa adalah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati adalah sorga yang sebenarnya. Moksa dapat dicapai dengan upaya yang tekun melaksanakan.

Penulis : kisawung

Penggugah Qolbu

Amanat Guru
Insyaflah, sadarlah akan Gusti-mu, segeralah taubat kepada Allah-mu!, sadarlah yang benar-benar sadar, taubatlah yang sungguh sungguh!  janganlah  diperolok-olok, seakan akan Allah itu sesama-mu!  Kejarlah yang pasti, peganglah yang benar nyata, janganlah mau ditipu atau diperdayakan.

Dalam melakukan tugas suci mendirikan sholat pakailah tata-tertib dengan hati-hati, janganlah ceroboh ! Sholatlah dengan betul-betul sholat, maka dengan demikian anda akan bersua dengan yang sesungguh-sungguhnya, yang hakeki, sebab sholatnya benar-banar sholat. Tuhan Allah tidak akan menyimpang dari JanjiNYA, sebab Allah SWT. Tak akan pernah mengingkari janji.

Gusti Allah senantiasa memenuhi keinginan kita, walau bagaimanapun juga.  Maka dari itu kita sendiri yang harus waspada, pilihlah yang baik dan jauhilah yang buruk, janganlah sembarang memilih. Terang dan jelas ... hanya satu yang harus anda ambil.

Carilah ilmu hingga ketemu, bila belajar ilmu harus sampai bisa mengerti sedalam dalamnya, karena setiap ilmu yang dimengerti akan membentuk pengertian, maka sesuaikanlah tingkah-lakumu dengan pengertian itu, janganlah berlainan, dimisalkan minyak dan air, selalu berpisah; antara ilmu dan amal, halmana akhirnya akan menuntun kepada kesesatan lahir dan bhatin. Jadi  ....  Carilah jalan yang benar.

Hidup didunia ini janganlah bermenung diri, carilah ilmu yang pasti benar, sedemikian rupa hingga terpegang dan terasa olehmu hasilnya yang bukti dan buahnya yang nyata. Didalam hatimu kelak akan bersemayam RASA YANG ASLI SEJATI.  Disini anda harus waspada janganlah yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan bahkan disambut mesra dan diterima seakan-akan itu benar.  Ketahuialah RASA SEJATI itu, ketemukanlah HIDUP SEJATI, ialah yang disebut RASA TUNGGAL, jagalah agar tetap yang asli, ke-SEJATI-an itu jangan terdesak  dan terganti oleh yang palsu yang memang bukan tempatnya, jagalah yang asal itu tidak terdesak dan diambil alih tempatnya oleh yang baru, padahal sebelum yang baru itu ada yang asal sudah berada ditempatnya.  Ketahui yang asal ‘yang sejati’ itu tidak direka atau dihiasi, sedangkan yang baru ‘direka-reka’ dan penuh dengan pernak-pernik.

Selamilah sedalam-dalamnya maksud dan arti kata “PERANG SABIL”.  Dalam peperangan itu jangan sampai salah menggunakan senjatamu, pilihlah yang tepat dan jitu; ‘mana kawan’ ‘mana lawan’.  Ambilah jalan yang lurus dan benar, jangan yang menyesatkan.  Bila salah tingkah laku, rasakanlah; ‘hatimu akan tertutup gelap’ , akibatnya begini salah begitu salah, akhirnya sengsara lahir bhatin.

Sadarlah, bangkitlah dan geraklah, carilah Allah yang sungguh-sungguh, jangan memuji memuja kayu, batu, keris, patung, topekong, kuburan dan lain sebagainya.

Hormatilah dan junjung tinggilah orang tuamu, apabila akhlakmu, tingkah lakumu atau amal perbuatanmu tidak tersesat, artinya tidak menyimpang sedikitpun dari ajaran-ajaran Agama Islam, maka yakinlah akan bersua dengan Allah.  Gusti Allah akan memberi ampun  dan mengabulkan segala cita-citamu. DIA tidak akan mengingkari janjiNYA, Gusti Allah Maha Mengetahui, Menyaksi siang dan malam, DIA tidak keperaduan (tidur), tidak pernah lupa akan sesuatu, untukNYA tiada dinding aling-aling yang membentengi sebagai penghalang pengawasannya kepada segenap makhlukNYA, murbeng meliputi sagumelaring alam-raya, ADA dimanapun engkau berada, hendaknya anda percaya dengan sepenuh-penuhnya keyakinan, bahwa Pangeran itu ADA. Janganlah heran, janganlah ragu-ragu akan hal itu, bukanlah hanya dikira-kira saja, namun yakin ADA karena terasa dan nyata.  Bila kita tidak percaya akan adanya Allah, akhirnya tidak salah lagi akan terasa akibatnya!! Jangan menyalahkan Tuhan, sebab bukan DIA yang menyiksa dan menghukum, melainkan amal perbuatan kita sendiri.  Orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, berarti tidak mempunyai atau kehilangan Allah Yang Maha Kaya, Yang Maha Memiliki Segala-galanya, maka pantas jika orang yang tidak percaya kepadaNYA hidup penuh dengan kesengsaraan baik lairiyahnya dan atau bhatiniyahnya.


Kesadaran Sejati

Mula pertama : sadarlah akan Gusti Yang Maha Suci, akan Allah nyatanya, sadarlah yang benar-benar sadar, kita harus sadar akan Gusti Yang Maha Suci siang dan malam, setiap waktu jangan terputus-putus.  Jangan hanya sekedar sadar saja, akan tetapi kesadaran itu harus diwujudkan dengan ibadat yang nyata, pergunakanlah sholat yang benar-benar sholat.

Dalam mendirikan sholat pakailah tata tertib dengan hati-hati jangan ceroboh dan fikiran jangan melancong kemana saja, penuhilah dada kita dengan rasa harap dan takut akan Gusti Yang Maha Suci, jika tidak demikian maka ... yakin, yakin sholat semacam itu tidak akan memenuhi tujuannya.  Sebaliknya jika kita betul-betul memenuhi syarat-syarat Pedoman Sholat seperti dimaksud diatas, Gusti Allah tidak akan ingkar dari janjiNYA, pasti akan dilindungi selama-lamanya dan segala maksud akan dikabulkanNYA, maka dari itu fikiran kita jangan dibiarkan meloncat-loncat kemana saja, pusatkan dan persatukan erat-erat dengan hati, tujukan lurus hanya kepada Allah.  Isilah hati kita dengan keyakinan, bahwa tidak ada lagi Pangeran yang wajib kita sembah melainkan hanya Gusti Allah Yang Tunggal dan Nabi Muhammad SAW.  adalah Rasulullah (utusan Allah).

Jangan sekali-kali salah menyembah, misalnya kepada kayu, batu ataupun kuburan yang tidak diizinkan samasekali oleh Allah SWT.  Kelakuan serupa itu berarti mengingkari Allahi akan jauh dari RasulNYA.  Maka dari itu, haruslah kita waspada agar jangan salah menyembah. Yang Wajib Disembah bagi kita umat Islam tiada lain hanyalah AllahYang Maha Tunggal.  Camkanlah !! hal ini dalam hati kita dengan penuh keyakinan, agar tidak dapat ditipu orang :  disuruh menyembah yang bukan-bukan, berarti musyrik kepada Allah  SWT.

Laksanakanlah dengan sungguh sungguh Sholat lima waktu, benar-benar dan nyata serta bertekadlah ingin bertaubat karena mengaku banyak dosa, baik yang terasa maupun yang tidak terasa, sengaja maupan yang tidak sengaja.  Setelah selesai dan beres sholatnya, panjatkanlah permohonan kepada Gusti Allah apa yang dikehendaki kita. Memohonnya harus sungguh-sungguh dengan menangis didalam hati, disertai penuh keyakinan dan tidak ada keragu-raguan, diliputi perasaan sabar-tawakal, teguh dan erat.  Demikianlah caranya memohon kepada Allah. Sepanjang belum dikabulkan, teruslah memohon kepada Allah Yang Maha Kaya ... jangan bosan-bosan.

Dalam menempuh ini Perjalanan Suci, kita harus berhati-hati jangan sampai memperolok-olokannya ; memang penggodaannya banyak sekali, terlihat mewujud nyata dengan terang jelas. Penggodaan-penggodaan yang menyerang kita, datangnya dari segala penjuru dan  lapisan serta beraneka macam rupa, semuanya bermaksud agar kita terkalahkan, tak kuat mempertahankan.  Inilah yang dimaksud ‘Perang Sabil’ yang sebenarnya, bukan peperangan yang saling tembak-menembak atau bacok-membacok, akan tetapi perang bhatin antara nafsu yang buruk atau jahat -  dengan nafsu yang baik dan benar.

Maka dari itu perkuatlah, perteguhlah IMAN dan KEYAKINAN kita kepada Allah SWT, insya Allah Ta’ala apabila kita kuat, kita akan keluar sebagai pemenang, manusia yang unggul, hidup selamat serta mulia selamanya, segala maksud dan cita-cita terkabul dan tercapai. Dan memang itulah yang dijanjikan Allah kepada hambaNYA, yang bersungguh hati, teguh berkeyakinan, selalu bertaubat dan bermohon  langsung  hanya kepada Allah saja.

Hidup didalam dunia ini haruslah cermat dan berhati-hati, janganlah berlaku sembarangan atau ceroboh, dalam segala hal ; yang dimakan, dipakai dan lain-lain sebagainya, perhatikan dahulu yang mana yang halal dan mana yang haram, jangan nurut sekehendak nafsu, pilihlah dengan hati-hati, carilah yang halal, jika kita ceroboh tidak tahu batal haram, maka akan salah dan terasa akibatnya yang tidak baik, tidak bermanfaat, serta akhirnya tujuan akan hilang, tidak keruan juntrungnya dan mengkelamkan perjalanan, tak akan  menemukan kembali jalan pulang.  Oleh karena itu .. untuk kesekian kalinya ; berhati-hatilah !! ingatlah akan perhitungan  kelak dikemudian hari.

Kita mengaku sebagai orang islam, kita menginginkan segala sesuatu yang sempurna, kita menghendaki mempunyai hati yang bersih terang .. maka dari itu sesuaikanlah akhlak, tingkah laku kita dengan Agama, peliharalah kesadaran keadilan, janganlah lengah teledor dan mempunyai perasaan hidup sendirian, berbuat semau gue.


Peringatan dari Gusti Allah SWT
Kalau kita meperhatikan hal-hal dan kejadian-kejadian disekililing kita yang terlihat tiap-tiap jamnya atau tiap-tiap harinya, maka hal-hal dan kejadian-kejadian itu sesungguhnya merupakan peringatan dari Gusti Allah agar kita sadar.  Yang celaka, yang menemui ajalnya apa saja lantarannya, itu semua sebagai alarm, sebenarnya memberi contoh pengingat kepada kita.  Bahwa kita bakal menemui ajal, awal akhir pasti kita akan meninggal dunia, pria-wanita, tua-muda, bangsawan, rakyat-jelata, tidak ada kecualinya, kalau tiba pada saatnya Malaikat maut datang saja dan tak mungkin dapat dihalang-halangi.

Maka dari itu harus dzikir (ingat kepada Allah), haruslah sadar, janganlah keterlaluan bersikap masa-bodoh.  Sambil bermain-main atau berdiam, apalagi sedang kerja jangan sekali-kali lupa.  Bekerja disertai ingat dan sadar tidak akan membawa panca bahaya, sebab kita tetap sadar.

Apabila kita dalam keadaan tidak ingat (lupa), tidak sadar akan Tuhan,  maka biasanya secara langsung tibalah cambuk kepada kita berupa aneka kejadian-kejadian, misalnya uzur, repot saja kendatipun rajin, kerewelan-kerewelan tambah banyak dan penggodaan-penggodaan lainnya.  Bila kita menelaah dan memikirkannya secara mendalam, maka hal-hal itu adalah alat pengingat, alat penyadaran ; oleh karena itu sadarlah, insyaflah.

Perhatikanlah ayat Al-Qur’an berikut ini :

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Ali Imran 191)

Kejadian-kejadian yang mendatangkan takut, membuat kita kaget, terkejut, sakit, perih, kesibukan, penyakit, kerugian dan sebagainya kesemuanya itu merupakan cambuk bagi kita sekalian, maka segeralah kita melindungkan diri kepada Allah, serta mohon kekuatan lahir hatin dari padaNYA, tahan uji, mampu bersabar dan tawakal kepadaNYA, hendaklah banyak-banyak beribadat siang dan malam.


Menuju ke Jalan Allah

Apabila perjalanan seseorang telah medekati Jalan Allah, maka hidupnya berbeda dari orang lain, padanya tidak terdapat sifat-sifat iri hati, mudah mendongkol, jauh dari tingkah laku yang dapat merugikan orang lain, sebaliknya orang itu hanya menolong saja.  Isi Dadanya penuh dengan hasrat untuk membela yang benar, sayang kepada sesama manusia kendatipun ia akan beroleh kesusahan karenanya, menolongnya tidak ada yang menyuruh, atas inisiatif dirinya sendiri, membelanya tanpa ada yang membimbing dan tanpa difikir ataupun  dipertimbangkan terlebih dahulu, hanya terdorong oleh rasa kasih sayang semata.  Rizki, harta kekayaan yang ada padanya tidak sedikitpun diperhitungkan, bahkan sekalipun tidak cukup ia dengan tulus ikhlas serta rela memberikan pertolongan dengan tidak mengharapkan sesuatu  balasan apapun sebagai tanda jasa dari orang yang ditolongnya.  Dalam membela teman tidak tanggung-tanggung dan tidak akan mundur kembali, bahkan rela mempertahankan jiwa dan raga.

Cara hidupnya disukai orang dan menghasilkan kewibawaan serta kepercayaan sesamanya, selanjutnya ia tidak akan merasa menyesal atau munafiq, sadarnya bukan kepalang.  Apabila ada hal yang menyakiti hatinya dari siapapun juga, bahkan dari yang orang ditolongnya, dengan segera dia akan menerimanya dengan bersih hati, apalagi jika dia merasa salah, maka lekas-lekaslah ia meminta ma’af seraya mengakui terus-terang atas kesalahannya.

Bila seseorang akhlak dan tingkah lakunya telah serupa demikian, maka perjalanan hidupnya telah sesuai dengan Jalan Allah dan dapat dapat dikatakan telah mengetahui Jalan Allah, akan tetapi belum dapat dianggap telah sampai disamping Allah, ia itu baru ada pada sebagian dari Jalan-NYA. Tetapi ia sudah termasuk golongan yang baik, namun belum sampai kepada yang dituju sebagai tujuan akhirnya, ialah ‘Asal dari Allah kembali kepada Allah’, hal demikian harus diusahakn sejak sekarang selagi masih hidup.


Syarat untuk Jalan Allah Yang Sejati
Jika ingin bersua dengan Jalan Allah yang Sejati, maka syaratnya merasakan pahit dan getir, menakutkan, mengejutkan bahkan penderitaan sekalipun.  Tanpa syarat tersebut, tegasnya jika seseorang inginnya hanya berleha-leha, maka tidak akan pernah bisa  seseorang menuju dan berjumpa dengan Jalan Allah Yang Sejati, adapun caranya atau syaratnya diantaranya adalah :

Terlebih dahulu harus diketahui, dipelajari, dimengerti dan difahami bagaimana cara-caranya menempuh     Jalan Suci yang akan kita tempuh itu.

Harus tertib, hati-hati seraya sadar.

Dalam hati harus percaya, penuh berkeyakinan jangan ada keragu-raguan.

Hati kita hadapkan hanya kepada Allah, pasrahkan diri kita kepadaNYA, penuhilah dada kita dengan kesadaran bahwa kita tidak memiliki apa-apa, segala semua itu adalah Hak Allah.

Dalam hati nurani kita harus bersumpah (berjanji) akan tunduk kepada segala Titah Gusti Allah, yaitu apa-apa yang harus dilaksanakan dan apa-apa yang dilarangNYA.

Cara mengerjakannya :
  1. Selamanya harus sadar, sambil berusaha sedikit demi sedikit dengan rajin, jangan merasa bosan atau jemu.
  2. Hati kita harus suci murni, jangan dikotori, antara lain dengan sifat-sifat iri dan dengki, mudah tersinggung   dan pemarah (sedikit-sedikit mendongkol-kesal).
  3. Jangan panas hati dengan kekayaan dan kesenangan yang dimiliki orang lain, jauhi sifat ketamakan (serakah).  Sebaliknya kita harus muji syukur melihat orang lain beruntung dan ikut bersedih ketika melihat orang lain mendapat kerugian.
  4. Perlihatkanlah budi-perangai yang baik, rendah hati, sopan-santun dan ramah-tamah kepada sesama manusia.
  5. Jangan merugikan atau mencelakan sesama hidup.
  6. Jangan menganiaya atau membinasa sesama hamba Tuhan.
  7. Jangan banyak prasangka buruk (Su’udhon) akan hal yang tidak nyata.
  8. Harus rela berkorban dengan apapun juga, suka menolong dan sejenisnya dengan rasa ikhlas tanpa pamrih  apapun.
  9. Hati kita selamanya harus bersih serta suci.
  10. Tidak boleh bohong, sombong, angkuh, tetapi harus berendah hati.
  11. Tiap gerak, tiap langkah, harus disertai dengan ingat, insyaf akan Gusti Allah semata.
  12. Sering-seringlah berterima-kasih kepada Gusti Allah atas segala sesuatu yang telah dilimpahkanNYA kepada kita.

Pedoman Hidup
Hidup yang sempurna ialah jangan mengiri, menghianat, menganiaya sesama hidup.  Kepada yang lebih rendah dari kita harus kasih sayang, harus baik kepada yang lebih tnggi, harus sayang kepada sesama, saling jaga menjaga, titen-meniteni, saling memperhatikan, saling nasehat-menasehati, saling berkasih sayang, jangan lupa harus memberi ma’af kepada yang bersalah.  Janganlah sewenang-wenang merasa diri gagah sendiri, hidup angkuh dan congkak, ingkar dari ke-Islaman.

Yang disebut orang Islam harus memenuhi syarat yang tersirat dalam Dua Kalimat Syahadat disertai dengan sholatnya yang lima waktu dan memenuhi rukun-rukun Islam lainnya.

Belajar ilmu harus sampai mengerti, membacanya harus sampai terasa, menguji diri harus bukti, mengejar rasa harus nyata, jangan hanya diraba-raba saja, yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar.  Kejarlah Ilmu Rasul, burulah Rasa Allah, carilah Rasa Sejati, RASA TUNGGAL yang sebenarnya.

Perjalanan ini sekali-kali bukan untuk memperbincangakan atau dipersoal-jawabkan, ilmu ini bukan untuk diperolok-olokan, apalagi diuangkan, ini harus dicegah, sangat tercela bahkan dilarang Ilmu Allah dijual belikan.  Bila demikian syahadatnya tidak akan manjur, Tuhan melarangnya, ILMU KETUHANAN tidak lain hanya untuk memberi pertolongan kepada yang membutuhkannya ataupun yang ada dalam kesusahan, memberi obor penerang kepada yang sedang kegelapan hati.

Ambilah tauladan dari Junjungan kita,  Nabi Muhammad SAW.  lain tidak.  Semua mengetahui bahwa Nabi  Muhammad SAW ,  dalam menyebarkan Agama dan Ilmunya, memberi obor penerang kepada semua umatnya selalu memperhatikan keikhlasannya, ketulusan hatinya, terbukti adil meratanya, sepi  dari pamrih dan tidak pandang bulu, jauh dari mengharap itu dan ini.  Meskipun banyak sekali rintangan yang beraneka macam coraknya, beliau terus maju pantang mundur.  Oleh alim ulama sering sekali dijelaskan bagaimana tingkah lakunya, akhlaknya dan amal perbuatannya Nabi Muhammad SAW.  Maka dari itu, marilah kita juga sebagai orang Islam mencontoh Junjungan kita itu dalam menjalankan ibadahnya.

Yang disebut ibadah bukalah sholat saja, tetapi juga segala tindak laku yang dikerjakan dengan sadar hati.  Diantaranya yang harus dilakukan oleh kita yang sudah Islam, ialah jangan dusta, jangan bohong, awal akhir akan dibohongi lagi.  Sepanjang hidup janganlah khianat, beriri hati kepada sesama makhluk Allah.  Apabila kita melanggar segala apa yang dilarang oleh Gusti Allah, tunggulah pembalasannya dari perbuatan kita sendiri.  Barangsiapa yang binasa kepada sesama hidup sama saja dengan binasa kepada Gusti Allah.

Sepanjang ada didunia,  maka hidup manusia sebagai makhluk Allah tergantung dari amal diri pribadinya. Amal baik amal jahat, awal akhir pasti akan kembali lagi kepada kita, terasa buahnya oleh kita sendiri.  Hal ini jelas dibuktikan dalam peyakinannya.

Oleh karena itu, mari kita ambil jalan yang baik, sebab tadi juga sudah diterangkan, bahwa amal baik amal jahat  akan kontan dibalasnya, lahir bhatin tanpa beda .  memang benar Gusti Allah itu Maha Murah, tetapi .. hati-hati kita harus waspada, harus matang-matang pertimbangannya.  Hidupkan Rasa Yang Sejati.  

Demikianlah memang seharusnya bila kita menginginkan hidup sempurna baik lahir maupun bhatin.

Ilmu Tasa’uf ini bukan sembarangan ilmu, sebab menunjukan Jalan Yang Langsung Lurus kepada Allah SWT. Dan jangan dipermainkan sebab manjurnya luar biasa :  apabila  sudah penuh percaya dan teguh yakin akan perjalanan ini serta ta’at melaksanakan pedoman sholat yang sesungguhnya, maka pasti kita akan dilindungi Allah akan bersua dengan RsasulNYA, akan sampai diujung tujuan dan akhirnya akan ‘mulih ka jati mulang ka asalna’ - ‘asal dari Allah kembali pulang kepada Allah’.

Dalam mengerjakan sholat janganlah sekali-kali ceroboh, pakailah tat-tertib yang cermat hati-hati, sungguh-sunngguh menghadap Gisti Allah Yang Maha Suci, bulatkan tekad jangan ayal lagi, disertai dengan kepercayaan yang teguh kuat.  Penuhilah perasaanmu dengan keyakinan bahwa Gusti Allah ADA, tidak jauh dari diri kita, melihat gerik-gerik kita, bahkan sangat dekat dengan kita,  sholat demikian pasti baik hasilnya, kemungkinan besar diterima oleh Tuhan.  Tandanya bahwa sholat kita diterima, terasa wujud digerakan.

Disitulah kita harus percaya, bahwa gerak-gerik kita ada yang menggerakan.  Dari sebab itu, bila terasa demikian jangan ragu-ragu, janganlah kaget dan berpaling hati, karena justru itulah suatu tanda, bahwa sholatnya diterima oleh Tuhan Yang Maha Suci.  Dari tu jagalah baik-baik, hati-hatilah, sebab bukan sholat sembarang sholat yang hanya berdiri duduk berulang-ulang saja. Dalam mengerjakannya harus dengan memakai perasaan takut, hati-hati sebab kita sedang menghadap - berhadapan dengan Gusti Allah.

Apabila kita melakukan sholat bohong, lebih-lebih karena bujukan atau mengharap pujian, agar kelihatan orang banyak, atau karena malu oleh sang mertua, ingin disebut ahli sholat (ibadah), tetapi kenyataannya mudah marah dan mengandung hati penuh iri-dengki, maka sholat seperti itu tidak akan diterima oleh Gusti Allah.


Hukum Hidup
Barangsiapa yang tidak percaya kepada Jalan Allah ini, maka ia tidak akan dipercaya oleh Gusti Allah dan ia akan jauh dari Allah.

Semua makhluk, tidak ada kecualinya, ada dalam gemgaman Tangan Gusti Allah, tetapi Gusti Allah hanya menyertai kepada makhluknya (dalam hal ini manusia) yang iman eling kepadaNYA.

Gusti Allah menguasai mutlak seluruh makhlukNYA, serta Gusti Alllah adalah Pokok Sumbernya. DIA-lah Yang Menciptakan semua makhluk yang mengisi Alam ini.
Akan tetapi Gusti Allah samasekali tidak terikat oleh pekerjaanNYA itu, berdiam di SinggasanaNYA, karena Ilmu dan KuasaNYA sehingga seakan-akan tidak mengatur.

Sebagian besar dari orang-orang di Alam Dunia ini, meng-artikan hidup hanya sekedar sepanjang hidup di dunia ini semata-mata, oleh karena hal mana  mereka itu hidupnya tidak bermanfaat, kepercayaannya disandarkan kepada benda-benda yang kasar (baru) dan tidak mengakui akan ADAnya Gusti Allah, menurut hemat mereka dengan hidup di alam dunia ini saja sudahlah cukup.

Orang yang memegang Rasa Sejati (hidup Rasa Sejatinya) adalah orang yang mulia dan percaya penuh akan adanya Allah, cinta kepada Gusti Allah, sebab ia insyaf bahwa Gusti Allah itu adalah Sumber Abadi dari semua makhluk.  Maka  dari itu harus memanjatkan puji kepada Tuhan dan harus ta’at kepada pelajaran-pelajaranNYA agar supaya menuju kepada Penunggalan dengan Gusti Allah.

Barangsiapa yang sungguh-sungguh bersembah sujudnya kepada Gusti Allah tanpa memikirkan ganjaran-NYA atau Surga, mempunyai milik yang mulia serta akan abadi Tunggal dengan Gusti Allah.

Barangsiapa yang menuju kepada Gusti Allah, akan tetapi memuja-muji Dewa-dewa seraya tidak tunduk kepada pelajaran-pelajaran dari Gusti Allah dan RasulNYA, disebutnya tidak tahu akan Jalan Allah.

Yang menuangkan kelezatan kepada sajian-sajian yang disediakan untuk Dewa-dewa hal ini tidak terpikir oleh yang memuja-muji Dewa-dewa itu.  Bisa jadi maksud dan tujuannyna benar dan baik, tetapi orang itu nantinya akan celaka oleh kelakuannya sendiri.
Tegasnya : orang-orang yang memuja-muji  Dewa-dewa akhirnya akan kembali ketempat para Dewa-dewa, yang memuja-muji leluhur-leluhurnya akhirnya akan kembali ketempat para leluhurnya, yang memuja batu, badan halus (jin, siluman, malaikat, arwah wali-wali, embah-embah dan sebangsanya) pasti akan pulang ketempat yang dipuja itu.  Sebaliknya, yang memuja-muji Gusti Allah semata-mata, pulangnya langsung kepada Gusti Allah.

Gusti Allah tidak mempunyai rasa benci kepada makhlukNYA, sebaliknya justru malah melimpahkan kasih sayangNYA merata kepada seluruh karyaNYA, tidak dipilih pilih satu persatu.  Namun Gusti Allah lebih mencintai hambaNYA yang betul-betul iman  kepadaNYA dan bersembahyang dengan tulus ikhlas kepadaNYA.

Barangsiapa yang telah melakukan kejahatan-kejahatan atau penyelewengan-penyelewengan, kemudian insyaf dan terus nyata-nyata ber-taubat kepada Tuhan disertai dengan tekad yang bulat tidak lagi melakukan hal demikian dengan tulus ikhlas hati, maka orang itu akan dima’afkan dosa-perdosaannya oleh Gusti Allah dan akan memperoleh kebahagiaan.

Barangsiapa yang percaya benar-benar, yakin kepada Gusti Allah, serta sungguh- sungguh melaksanakan perintah-perintahNYA, maka orang itu akan ada pada Jalan Tuhan yang setinggi-tingginya, walaupun dia itu keturunan jembel lahiriyahnya.

Jadi lebih-lebih para Alim Ulama, Bangsawan-bangsawan, Pembesar-pembesar, yang ada di alam dunia ini serta cukup harta bendanya dan kekayaannya untuk bekal hidup, bekal ibadah, bahkan lebih dari cukup, haruslah lebih giat dalam mencari Jalan Allah, sebab oleh si miskin atau si jembel-pun itu Jalan Allah bisa tercapai, maka dari itu marilah kita segera sadar, insyaf, eling akan Allah dan segera memujaNYA.

Barangsiapa yang teguh bagaikan gunung karang ditengah-tengah gelombang samudra, dalam usahanya hendak mendekatkan dirinya kepada Gusti Allah, maka dia itu pasti akan diberi Taufiq dan Hidayah untuk mencapai tujuannya itu. Barangsiapa yang tetap teguh akhlak dan budi pekertinya ditengah-tengah pujian atau celaan sesama manusia, maka orang itu akan tetap ada dalam kemuliaan dan kekuatan bhatin yang kekal serta senantiasa disayangi oleh Gusti Allah.

Kita semuanya harus menginsyafi  bahwa Yang Menguasai dunia ini dan seluruh alam semesta  tiada lain  melainkan hanya Gusti Allah, Raja Seluruh Alam.

Dalam menempuh jalan ini, kita harus sampai ketaraf meyakini dan menyaksi bahwa dalam dada masing-masing manusia itu ada Roh (Roh Suci-Roh Rabbaniah-Abdullah) jika belum sampai kesitu berarti belum mengenal (ma’rifat) Kepribadiannya atau belum mengenal Diri Pribadi Yang Sejati (belum ma’rifatullah).

Pengetahuan ini diberikan kepada tiap-tiap orang yang betul-betul menginginkannya yaitu;  ilmu ini untuk bekal, modal hidup sempurna yang kekal dan mengenal Gusti Allah Yang tidak berawal dan tidak berakhir.

Gusti Allah Maha Penguasa dan Maha Pengatur seluruh alam semesta; dengan kata-kata yang sederhana sekali; DIA itu Melihat diseluruh peloksok, diseluruh mahdzab, Berinjak, Bersabda, Mengetahui, Mendengar, maka sebagai percikan dari semuanya itu manusia diberiNYA; tangan, kaki, kepala, mulut, mata, telinga dan sebagainya.  Dalam pada itu DIA samasekali tidak terikat oleh karyaNYA.

Tanda ingat/eling sadar akan Yang Maha Agung, cobalah amat-amati diri kita dari atas  sampai kebawah, kepala dan kaki, tangan kanan kiri, renungkanlah dan tela’ah lah sedalam-dalamnya diri kita itu, siapakah yng menyerupai kita ? sedunia-pun tak mungkin ada, itulah satu bukti dari keluhuranNYA Allah Tuhan kita.

Gusti Allah Maha Pemurah dan sayang kepada segenap makhlukNYA, baik yang ada didaratan maupun yang ada dilautan atau dimanapun, siang dan malam tiada hentinya mengalir kenikmatan-kenikmatan  yang nyata terasa.  Lebih-lebih kita manusia dibedakan dari yang lain, dikaruniaiNYA otak yang sempurna.  Maka dari itu kita harus cinta kepada Gusti Allah, jangan cinta palsu, tetapi cinta yang sejati.  Bagaimanakah tandanya cinta ?  Yaitu harus ingat, sadar akan DIA, tahu diri, desertai dengan sholatnya, demikian perintah Tuhan.

Sebaliknya, jika kita tidak ingat/eling akan Tuhan, tidak berterima kasih, tidak melaksanakan perintah Tuhan, maka hidup kita itu tidak ada gunanya, meskipun berlimpah-limpah harta kekayaan.  Sekarang di dunia ini, menurut perasaannya; ‘mulia’, tetapi nanti dikemudian hari (sebab hidupnya tetap hidup abadi) akan hidup miskin dan pahit, dan tidak akan ada yang membela, meraba-raba dalam kegelapan seraya jauh dari Tuhan.  Itulah yang disebut mati tersesat, pulang tak tahu arah.

Tela’ah-lah dan renungkanlah dua kalimat syahadat (Syahadatain).  Syahadat itu telah menunjukan, bahwa Muhammad Rasulullah tidak meninggal dunia, tetap ada dan abadi, ada didalam diri kita ; Muhammad Hakeki,  nyatakanlah, yakinkanlah  !!


Pedoman Hidup dalam Jalan Allah
  1. Tolong-menolong dan gotong-royang dalam kebajikan.
  2. Sehat hati, berkelakuan baik dan benar serta jujur.
  3. Murah tangan karena ikhlas, tidak mengharap apa-apa.
  4. Suka menunjukan jalan yang benar tanpa upah.
  5. Merendahkan diri pada tempatnya.
  6. Berterima-kasih kepada Allah (Syukuran, Eling, Ibadah)
  7. Mengutamakan membaca syahadat - mengerjakan sholat lima waktu.
  8. Sabar tawakal diwaktu prihatin.
  9. Menyerah, pasrah kepada taqdir.
  10. Adil yang merata.

Apabila seseorang telah terlatih lahir bhatinnya sampai disana, memenuhi yang sepuluh pasal diatas,  maka ia itu kelak dikemudian hari  akan hidup abadi  dan benar-benar akan pulang kembali kepada Allah SWT.  ... amiin.


Teman hidup sempurna dan bekal hidup
Sepanjang kita hidup di dunia, bila ingin memperoleh kemuliaan, maka utamakanlah amal sholeh. Yang jadi pokok pangkalnya pergaulan hidup, itulah modal pertama.  Ketemukanlah rahasianya hidup bercampur gaul ditengah-tengah masyarakat.  Selanjutnya akan dituturkan secara ringkas bagaimana caranya agar mencapai apa yang dimaksud diatas.

Sebenarnya segala sesuatunya itu ada pada diri kita sendiri, coba perhatikan. Awal mulanya kesopanan jalankan, ramah-tamah terhadap siapapun jangan dipilih-pilih, terhadap pria maupun wanita, si miskin atau si kaya, tetap sopan-santun ramah-tamah, anggaplah mereka semua itu keluarga besar kita. Jika sudah cukup terbukti dengan nyata bergaul sopan-santun ramah-tamah, selalu merendahkan diri, maka lambat laun yakin akan timbul kepercayaan dari masyarakat.  Setelah mendapat kepercayaan orang, awas hati-hati jangan salah laku, perlihatkanlah kejujuran, jangan berani berdusta atau berbohong, jangan sekali-kali ingkar dari suatu janji, meskipun  repot harus ditepati, kecuali ada halangan.  Perlihatkan gaya dan jiwa ksatria, bicara selalu berterus terang, benar atau salah jangan disembunyikan.  Dalam segala rupa hal bicaralah dengan jujur dan hati terbuka, maka Insya Allah akan mulia hidup kita, mulia dihadapan Allah dan mulia dihadapan sesama hidup.

Tindak laku kita harus sedemikian rupa sehingga tidak tercela, jika tidak, tentu bakal mendapat comooh orang, selanjutnya bakal dibenci.  Buktikanlah kesadaran jiwa kita kepada sesama hamba, jangan berani mencela orang lain.  Buktikanlah akal-fikiran, tenaga bahkan harta benda kepada sesama hidup dengan suci hati ... yakin tidak akan rugi.

Dengan sesama teman hidup usahakan jangan sampai bermusuhan, akibatnya bakal rugi, selanjutnya jangan banyak bermenung diri, bertopang dagu, bergeraklah, gunakanlah kepandaian, apapun yang kita bisa, apapun  yang ada pada diri kita, untuk membela diri kita, jangan merasa malu, jangan merasa terhina, selama mendatangkan manfa’at bagi kita dan orang sekitar kita, jika tak berbuat demikian mungkin jadi miskin, bakal menyusahkan orang lain.  Dalam segala bidang apa saja yang dianggap atau dirasakan berat, kerjakanlah sedikit demi sedikit dengan tekun dan sabar hingga selesai, jangan lekas putus asa.  Segala sesuatu harus sampai diujung penghabisan, jangan berhenti ditengah jalan dan harus ringan tangan senang membantu agar hidup penuh keuntungan.

Sepanjang hidup dikandung badan, kita harus berkelakuan baik,  agar tidak ada yang bisa  mencela, bersopan-santun, berbudi halus, dalam perkataan, dalam tingkah laku jangan menyakiti perasaan orang lain, agamapun mewajibkan kita hidup didunia ini berbaik hati kepada sesama hamba, malah harus saling membela, saling mengangkat harkat, saling menghormati, saling menghargai, pokoknya jangan sekalipun merugikan sesama hidup.

Hidup kita harus menjadi contoh, memberi contoh amal baik, khususnya kepada sesama hamba.  Pentingkanlah memberi pertolongan dengan jalan apa saja seraya berhati ikhlas, rela hati, jangan mengharap akan dibalas kembali.  Kita harus bersabar, malah berhati suci, jangan sekali-kali mempunyai rasa iri.  Kepada sesama hidup harus sayang.  Jika atas kehendak Yang Maha Suci, diri kita suatu ketika menjadi orang yang berkedudukan tinggi, memperoleh keuntungan besar, ingatlah yang kecil, yang miskin, yang hidupnya susah, sayangilah mereka.

Singkat kata jangan cacat-cedera didalam pergaulan hidup, sebab jalannya milik dan rejeki sampai kepada kita dari Allah SWT. tetap harus melalui sesama hidup, untuk itu utamakan kebaikan dengan sesama hamba.  Bertambah banyak kebaikan dengan sesama hidup, bakal banyak jalan terbuka untuk datangnya kasih sayang Allah bagi kita.  Dengan yang sudah baik harus tetap dibina kebaikannya jangan sampai terputus.  Jalinlah kasih sayang dengan semua hamba, ingat-ingatlah segala kebaikannya, jangan terus-menerus yang diingat kesalahannya, kita harus rela hati mema’afkan, ini jadi pokok utama agar langgeng abadi kebaikan yang akan diterima dan disampaikan oleh kita.

Hidup saling membutuhkan, maka harus bisa saling menguntungkan, saling mendapatkan manfa’at, jangan hanya sekedar ingin memanfa’atkan tanpa bisa memberikan manfa’at, lama-kelamaan akan terlihat cela-hina diri kita oleh sesama dan selanjutnya kepercayaan sesama hamba akan berkurang, otomatis segalanya akan berkurang pula.  Tetapi sebaliknya, diri-pribadi harus terus-menerus memberikan manfa’at bagi yang lain dengan ikhlas, tanpa mengharap apapun, tidak usah takut lagi, yakin Gusti Allah tidak ingkar janji.

Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Yunus 62)

Kekayaan bhatiniyah kebahagiaannya bisa melebihi kekayaan lahiriyah, jadi jangan takut miskin ketika mengeluarkan kebaikan, sebab tidak ada dari sananya, asal cukup syaratnya, yaitu ; kita harus sadar-sesadar-sadarnya bahwa segala kebaikan itu bersumber daripada KeMahaKuasaanNYA Allah Ta’ala, maka ditujukannya hanya sebagai pengabdian kita kepada Allah Ta’ala, selanjutnya kita tetap mengharapkan  kebaikan dari Allah semata-mata.

Mudah-mudahan  Panggeuing Bhatin atau Penggugah Qolbu (Rasa) dapat mewujudkan manfaat dunia akhirat guna masyarakat pada umumnya dan semoga Tuhan kita sekalian Gusti Allah Yang Maha Suci memberikan Taufiq dan HidayahNYA kepada kita semua, disertai rahmat selamat lahir bhatin dunia akhirat.
Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Wabillahi taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh
 

Medar Ilmu Batin • All Rights Reserved