Penggugah Qolbu

Amanat Guru
Insyaflah, sadarlah akan Gusti-mu, segeralah taubat kepada Allah-mu!, sadarlah yang benar-benar sadar, taubatlah yang sungguh sungguh!  janganlah  diperolok-olok, seakan akan Allah itu sesama-mu!  Kejarlah yang pasti, peganglah yang benar nyata, janganlah mau ditipu atau diperdayakan.

Dalam melakukan tugas suci mendirikan sholat pakailah tata-tertib dengan hati-hati, janganlah ceroboh ! Sholatlah dengan betul-betul sholat, maka dengan demikian anda akan bersua dengan yang sesungguh-sungguhnya, yang hakeki, sebab sholatnya benar-banar sholat. Tuhan Allah tidak akan menyimpang dari JanjiNYA, sebab Allah SWT. Tak akan pernah mengingkari janji.

Gusti Allah senantiasa memenuhi keinginan kita, walau bagaimanapun juga.  Maka dari itu kita sendiri yang harus waspada, pilihlah yang baik dan jauhilah yang buruk, janganlah sembarang memilih. Terang dan jelas ... hanya satu yang harus anda ambil.

Carilah ilmu hingga ketemu, bila belajar ilmu harus sampai bisa mengerti sedalam dalamnya, karena setiap ilmu yang dimengerti akan membentuk pengertian, maka sesuaikanlah tingkah-lakumu dengan pengertian itu, janganlah berlainan, dimisalkan minyak dan air, selalu berpisah; antara ilmu dan amal, halmana akhirnya akan menuntun kepada kesesatan lahir dan bhatin. Jadi  ....  Carilah jalan yang benar.

Hidup didunia ini janganlah bermenung diri, carilah ilmu yang pasti benar, sedemikian rupa hingga terpegang dan terasa olehmu hasilnya yang bukti dan buahnya yang nyata. Didalam hatimu kelak akan bersemayam RASA YANG ASLI SEJATI.  Disini anda harus waspada janganlah yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan bahkan disambut mesra dan diterima seakan-akan itu benar.  Ketahuialah RASA SEJATI itu, ketemukanlah HIDUP SEJATI, ialah yang disebut RASA TUNGGAL, jagalah agar tetap yang asli, ke-SEJATI-an itu jangan terdesak  dan terganti oleh yang palsu yang memang bukan tempatnya, jagalah yang asal itu tidak terdesak dan diambil alih tempatnya oleh yang baru, padahal sebelum yang baru itu ada yang asal sudah berada ditempatnya.  Ketahui yang asal ‘yang sejati’ itu tidak direka atau dihiasi, sedangkan yang baru ‘direka-reka’ dan penuh dengan pernak-pernik.

Selamilah sedalam-dalamnya maksud dan arti kata “PERANG SABIL”.  Dalam peperangan itu jangan sampai salah menggunakan senjatamu, pilihlah yang tepat dan jitu; ‘mana kawan’ ‘mana lawan’.  Ambilah jalan yang lurus dan benar, jangan yang menyesatkan.  Bila salah tingkah laku, rasakanlah; ‘hatimu akan tertutup gelap’ , akibatnya begini salah begitu salah, akhirnya sengsara lahir bhatin.

Sadarlah, bangkitlah dan geraklah, carilah Allah yang sungguh-sungguh, jangan memuji memuja kayu, batu, keris, patung, topekong, kuburan dan lain sebagainya.

Hormatilah dan junjung tinggilah orang tuamu, apabila akhlakmu, tingkah lakumu atau amal perbuatanmu tidak tersesat, artinya tidak menyimpang sedikitpun dari ajaran-ajaran Agama Islam, maka yakinlah akan bersua dengan Allah.  Gusti Allah akan memberi ampun  dan mengabulkan segala cita-citamu. DIA tidak akan mengingkari janjiNYA, Gusti Allah Maha Mengetahui, Menyaksi siang dan malam, DIA tidak keperaduan (tidur), tidak pernah lupa akan sesuatu, untukNYA tiada dinding aling-aling yang membentengi sebagai penghalang pengawasannya kepada segenap makhlukNYA, murbeng meliputi sagumelaring alam-raya, ADA dimanapun engkau berada, hendaknya anda percaya dengan sepenuh-penuhnya keyakinan, bahwa Pangeran itu ADA. Janganlah heran, janganlah ragu-ragu akan hal itu, bukanlah hanya dikira-kira saja, namun yakin ADA karena terasa dan nyata.  Bila kita tidak percaya akan adanya Allah, akhirnya tidak salah lagi akan terasa akibatnya!! Jangan menyalahkan Tuhan, sebab bukan DIA yang menyiksa dan menghukum, melainkan amal perbuatan kita sendiri.  Orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, berarti tidak mempunyai atau kehilangan Allah Yang Maha Kaya, Yang Maha Memiliki Segala-galanya, maka pantas jika orang yang tidak percaya kepadaNYA hidup penuh dengan kesengsaraan baik lairiyahnya dan atau bhatiniyahnya.


Kesadaran Sejati

Mula pertama : sadarlah akan Gusti Yang Maha Suci, akan Allah nyatanya, sadarlah yang benar-benar sadar, kita harus sadar akan Gusti Yang Maha Suci siang dan malam, setiap waktu jangan terputus-putus.  Jangan hanya sekedar sadar saja, akan tetapi kesadaran itu harus diwujudkan dengan ibadat yang nyata, pergunakanlah sholat yang benar-benar sholat.

Dalam mendirikan sholat pakailah tata tertib dengan hati-hati jangan ceroboh dan fikiran jangan melancong kemana saja, penuhilah dada kita dengan rasa harap dan takut akan Gusti Yang Maha Suci, jika tidak demikian maka ... yakin, yakin sholat semacam itu tidak akan memenuhi tujuannya.  Sebaliknya jika kita betul-betul memenuhi syarat-syarat Pedoman Sholat seperti dimaksud diatas, Gusti Allah tidak akan ingkar dari janjiNYA, pasti akan dilindungi selama-lamanya dan segala maksud akan dikabulkanNYA, maka dari itu fikiran kita jangan dibiarkan meloncat-loncat kemana saja, pusatkan dan persatukan erat-erat dengan hati, tujukan lurus hanya kepada Allah.  Isilah hati kita dengan keyakinan, bahwa tidak ada lagi Pangeran yang wajib kita sembah melainkan hanya Gusti Allah Yang Tunggal dan Nabi Muhammad SAW.  adalah Rasulullah (utusan Allah).

Jangan sekali-kali salah menyembah, misalnya kepada kayu, batu ataupun kuburan yang tidak diizinkan samasekali oleh Allah SWT.  Kelakuan serupa itu berarti mengingkari Allahi akan jauh dari RasulNYA.  Maka dari itu, haruslah kita waspada agar jangan salah menyembah. Yang Wajib Disembah bagi kita umat Islam tiada lain hanyalah AllahYang Maha Tunggal.  Camkanlah !! hal ini dalam hati kita dengan penuh keyakinan, agar tidak dapat ditipu orang :  disuruh menyembah yang bukan-bukan, berarti musyrik kepada Allah  SWT.

Laksanakanlah dengan sungguh sungguh Sholat lima waktu, benar-benar dan nyata serta bertekadlah ingin bertaubat karena mengaku banyak dosa, baik yang terasa maupun yang tidak terasa, sengaja maupan yang tidak sengaja.  Setelah selesai dan beres sholatnya, panjatkanlah permohonan kepada Gusti Allah apa yang dikehendaki kita. Memohonnya harus sungguh-sungguh dengan menangis didalam hati, disertai penuh keyakinan dan tidak ada keragu-raguan, diliputi perasaan sabar-tawakal, teguh dan erat.  Demikianlah caranya memohon kepada Allah. Sepanjang belum dikabulkan, teruslah memohon kepada Allah Yang Maha Kaya ... jangan bosan-bosan.

Dalam menempuh ini Perjalanan Suci, kita harus berhati-hati jangan sampai memperolok-olokannya ; memang penggodaannya banyak sekali, terlihat mewujud nyata dengan terang jelas. Penggodaan-penggodaan yang menyerang kita, datangnya dari segala penjuru dan  lapisan serta beraneka macam rupa, semuanya bermaksud agar kita terkalahkan, tak kuat mempertahankan.  Inilah yang dimaksud ‘Perang Sabil’ yang sebenarnya, bukan peperangan yang saling tembak-menembak atau bacok-membacok, akan tetapi perang bhatin antara nafsu yang buruk atau jahat -  dengan nafsu yang baik dan benar.

Maka dari itu perkuatlah, perteguhlah IMAN dan KEYAKINAN kita kepada Allah SWT, insya Allah Ta’ala apabila kita kuat, kita akan keluar sebagai pemenang, manusia yang unggul, hidup selamat serta mulia selamanya, segala maksud dan cita-cita terkabul dan tercapai. Dan memang itulah yang dijanjikan Allah kepada hambaNYA, yang bersungguh hati, teguh berkeyakinan, selalu bertaubat dan bermohon  langsung  hanya kepada Allah saja.

Hidup didalam dunia ini haruslah cermat dan berhati-hati, janganlah berlaku sembarangan atau ceroboh, dalam segala hal ; yang dimakan, dipakai dan lain-lain sebagainya, perhatikan dahulu yang mana yang halal dan mana yang haram, jangan nurut sekehendak nafsu, pilihlah dengan hati-hati, carilah yang halal, jika kita ceroboh tidak tahu batal haram, maka akan salah dan terasa akibatnya yang tidak baik, tidak bermanfaat, serta akhirnya tujuan akan hilang, tidak keruan juntrungnya dan mengkelamkan perjalanan, tak akan  menemukan kembali jalan pulang.  Oleh karena itu .. untuk kesekian kalinya ; berhati-hatilah !! ingatlah akan perhitungan  kelak dikemudian hari.

Kita mengaku sebagai orang islam, kita menginginkan segala sesuatu yang sempurna, kita menghendaki mempunyai hati yang bersih terang .. maka dari itu sesuaikanlah akhlak, tingkah laku kita dengan Agama, peliharalah kesadaran keadilan, janganlah lengah teledor dan mempunyai perasaan hidup sendirian, berbuat semau gue.


Peringatan dari Gusti Allah SWT
Kalau kita meperhatikan hal-hal dan kejadian-kejadian disekililing kita yang terlihat tiap-tiap jamnya atau tiap-tiap harinya, maka hal-hal dan kejadian-kejadian itu sesungguhnya merupakan peringatan dari Gusti Allah agar kita sadar.  Yang celaka, yang menemui ajalnya apa saja lantarannya, itu semua sebagai alarm, sebenarnya memberi contoh pengingat kepada kita.  Bahwa kita bakal menemui ajal, awal akhir pasti kita akan meninggal dunia, pria-wanita, tua-muda, bangsawan, rakyat-jelata, tidak ada kecualinya, kalau tiba pada saatnya Malaikat maut datang saja dan tak mungkin dapat dihalang-halangi.

Maka dari itu harus dzikir (ingat kepada Allah), haruslah sadar, janganlah keterlaluan bersikap masa-bodoh.  Sambil bermain-main atau berdiam, apalagi sedang kerja jangan sekali-kali lupa.  Bekerja disertai ingat dan sadar tidak akan membawa panca bahaya, sebab kita tetap sadar.

Apabila kita dalam keadaan tidak ingat (lupa), tidak sadar akan Tuhan,  maka biasanya secara langsung tibalah cambuk kepada kita berupa aneka kejadian-kejadian, misalnya uzur, repot saja kendatipun rajin, kerewelan-kerewelan tambah banyak dan penggodaan-penggodaan lainnya.  Bila kita menelaah dan memikirkannya secara mendalam, maka hal-hal itu adalah alat pengingat, alat penyadaran ; oleh karena itu sadarlah, insyaflah.

Perhatikanlah ayat Al-Qur’an berikut ini :

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Ali Imran 191)

Kejadian-kejadian yang mendatangkan takut, membuat kita kaget, terkejut, sakit, perih, kesibukan, penyakit, kerugian dan sebagainya kesemuanya itu merupakan cambuk bagi kita sekalian, maka segeralah kita melindungkan diri kepada Allah, serta mohon kekuatan lahir hatin dari padaNYA, tahan uji, mampu bersabar dan tawakal kepadaNYA, hendaklah banyak-banyak beribadat siang dan malam.


Menuju ke Jalan Allah

Apabila perjalanan seseorang telah medekati Jalan Allah, maka hidupnya berbeda dari orang lain, padanya tidak terdapat sifat-sifat iri hati, mudah mendongkol, jauh dari tingkah laku yang dapat merugikan orang lain, sebaliknya orang itu hanya menolong saja.  Isi Dadanya penuh dengan hasrat untuk membela yang benar, sayang kepada sesama manusia kendatipun ia akan beroleh kesusahan karenanya, menolongnya tidak ada yang menyuruh, atas inisiatif dirinya sendiri, membelanya tanpa ada yang membimbing dan tanpa difikir ataupun  dipertimbangkan terlebih dahulu, hanya terdorong oleh rasa kasih sayang semata.  Rizki, harta kekayaan yang ada padanya tidak sedikitpun diperhitungkan, bahkan sekalipun tidak cukup ia dengan tulus ikhlas serta rela memberikan pertolongan dengan tidak mengharapkan sesuatu  balasan apapun sebagai tanda jasa dari orang yang ditolongnya.  Dalam membela teman tidak tanggung-tanggung dan tidak akan mundur kembali, bahkan rela mempertahankan jiwa dan raga.

Cara hidupnya disukai orang dan menghasilkan kewibawaan serta kepercayaan sesamanya, selanjutnya ia tidak akan merasa menyesal atau munafiq, sadarnya bukan kepalang.  Apabila ada hal yang menyakiti hatinya dari siapapun juga, bahkan dari yang orang ditolongnya, dengan segera dia akan menerimanya dengan bersih hati, apalagi jika dia merasa salah, maka lekas-lekaslah ia meminta ma’af seraya mengakui terus-terang atas kesalahannya.

Bila seseorang akhlak dan tingkah lakunya telah serupa demikian, maka perjalanan hidupnya telah sesuai dengan Jalan Allah dan dapat dapat dikatakan telah mengetahui Jalan Allah, akan tetapi belum dapat dianggap telah sampai disamping Allah, ia itu baru ada pada sebagian dari Jalan-NYA. Tetapi ia sudah termasuk golongan yang baik, namun belum sampai kepada yang dituju sebagai tujuan akhirnya, ialah ‘Asal dari Allah kembali kepada Allah’, hal demikian harus diusahakn sejak sekarang selagi masih hidup.


Syarat untuk Jalan Allah Yang Sejati
Jika ingin bersua dengan Jalan Allah yang Sejati, maka syaratnya merasakan pahit dan getir, menakutkan, mengejutkan bahkan penderitaan sekalipun.  Tanpa syarat tersebut, tegasnya jika seseorang inginnya hanya berleha-leha, maka tidak akan pernah bisa  seseorang menuju dan berjumpa dengan Jalan Allah Yang Sejati, adapun caranya atau syaratnya diantaranya adalah :

Terlebih dahulu harus diketahui, dipelajari, dimengerti dan difahami bagaimana cara-caranya menempuh     Jalan Suci yang akan kita tempuh itu.

Harus tertib, hati-hati seraya sadar.

Dalam hati harus percaya, penuh berkeyakinan jangan ada keragu-raguan.

Hati kita hadapkan hanya kepada Allah, pasrahkan diri kita kepadaNYA, penuhilah dada kita dengan kesadaran bahwa kita tidak memiliki apa-apa, segala semua itu adalah Hak Allah.

Dalam hati nurani kita harus bersumpah (berjanji) akan tunduk kepada segala Titah Gusti Allah, yaitu apa-apa yang harus dilaksanakan dan apa-apa yang dilarangNYA.

Cara mengerjakannya :
  1. Selamanya harus sadar, sambil berusaha sedikit demi sedikit dengan rajin, jangan merasa bosan atau jemu.
  2. Hati kita harus suci murni, jangan dikotori, antara lain dengan sifat-sifat iri dan dengki, mudah tersinggung   dan pemarah (sedikit-sedikit mendongkol-kesal).
  3. Jangan panas hati dengan kekayaan dan kesenangan yang dimiliki orang lain, jauhi sifat ketamakan (serakah).  Sebaliknya kita harus muji syukur melihat orang lain beruntung dan ikut bersedih ketika melihat orang lain mendapat kerugian.
  4. Perlihatkanlah budi-perangai yang baik, rendah hati, sopan-santun dan ramah-tamah kepada sesama manusia.
  5. Jangan merugikan atau mencelakan sesama hidup.
  6. Jangan menganiaya atau membinasa sesama hamba Tuhan.
  7. Jangan banyak prasangka buruk (Su’udhon) akan hal yang tidak nyata.
  8. Harus rela berkorban dengan apapun juga, suka menolong dan sejenisnya dengan rasa ikhlas tanpa pamrih  apapun.
  9. Hati kita selamanya harus bersih serta suci.
  10. Tidak boleh bohong, sombong, angkuh, tetapi harus berendah hati.
  11. Tiap gerak, tiap langkah, harus disertai dengan ingat, insyaf akan Gusti Allah semata.
  12. Sering-seringlah berterima-kasih kepada Gusti Allah atas segala sesuatu yang telah dilimpahkanNYA kepada kita.

Pedoman Hidup
Hidup yang sempurna ialah jangan mengiri, menghianat, menganiaya sesama hidup.  Kepada yang lebih rendah dari kita harus kasih sayang, harus baik kepada yang lebih tnggi, harus sayang kepada sesama, saling jaga menjaga, titen-meniteni, saling memperhatikan, saling nasehat-menasehati, saling berkasih sayang, jangan lupa harus memberi ma’af kepada yang bersalah.  Janganlah sewenang-wenang merasa diri gagah sendiri, hidup angkuh dan congkak, ingkar dari ke-Islaman.

Yang disebut orang Islam harus memenuhi syarat yang tersirat dalam Dua Kalimat Syahadat disertai dengan sholatnya yang lima waktu dan memenuhi rukun-rukun Islam lainnya.

Belajar ilmu harus sampai mengerti, membacanya harus sampai terasa, menguji diri harus bukti, mengejar rasa harus nyata, jangan hanya diraba-raba saja, yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar.  Kejarlah Ilmu Rasul, burulah Rasa Allah, carilah Rasa Sejati, RASA TUNGGAL yang sebenarnya.

Perjalanan ini sekali-kali bukan untuk memperbincangakan atau dipersoal-jawabkan, ilmu ini bukan untuk diperolok-olokan, apalagi diuangkan, ini harus dicegah, sangat tercela bahkan dilarang Ilmu Allah dijual belikan.  Bila demikian syahadatnya tidak akan manjur, Tuhan melarangnya, ILMU KETUHANAN tidak lain hanya untuk memberi pertolongan kepada yang membutuhkannya ataupun yang ada dalam kesusahan, memberi obor penerang kepada yang sedang kegelapan hati.

Ambilah tauladan dari Junjungan kita,  Nabi Muhammad SAW.  lain tidak.  Semua mengetahui bahwa Nabi  Muhammad SAW ,  dalam menyebarkan Agama dan Ilmunya, memberi obor penerang kepada semua umatnya selalu memperhatikan keikhlasannya, ketulusan hatinya, terbukti adil meratanya, sepi  dari pamrih dan tidak pandang bulu, jauh dari mengharap itu dan ini.  Meskipun banyak sekali rintangan yang beraneka macam coraknya, beliau terus maju pantang mundur.  Oleh alim ulama sering sekali dijelaskan bagaimana tingkah lakunya, akhlaknya dan amal perbuatannya Nabi Muhammad SAW.  Maka dari itu, marilah kita juga sebagai orang Islam mencontoh Junjungan kita itu dalam menjalankan ibadahnya.

Yang disebut ibadah bukalah sholat saja, tetapi juga segala tindak laku yang dikerjakan dengan sadar hati.  Diantaranya yang harus dilakukan oleh kita yang sudah Islam, ialah jangan dusta, jangan bohong, awal akhir akan dibohongi lagi.  Sepanjang hidup janganlah khianat, beriri hati kepada sesama makhluk Allah.  Apabila kita melanggar segala apa yang dilarang oleh Gusti Allah, tunggulah pembalasannya dari perbuatan kita sendiri.  Barangsiapa yang binasa kepada sesama hidup sama saja dengan binasa kepada Gusti Allah.

Sepanjang ada didunia,  maka hidup manusia sebagai makhluk Allah tergantung dari amal diri pribadinya. Amal baik amal jahat, awal akhir pasti akan kembali lagi kepada kita, terasa buahnya oleh kita sendiri.  Hal ini jelas dibuktikan dalam peyakinannya.

Oleh karena itu, mari kita ambil jalan yang baik, sebab tadi juga sudah diterangkan, bahwa amal baik amal jahat  akan kontan dibalasnya, lahir bhatin tanpa beda .  memang benar Gusti Allah itu Maha Murah, tetapi .. hati-hati kita harus waspada, harus matang-matang pertimbangannya.  Hidupkan Rasa Yang Sejati.  

Demikianlah memang seharusnya bila kita menginginkan hidup sempurna baik lahir maupun bhatin.

Ilmu Tasa’uf ini bukan sembarangan ilmu, sebab menunjukan Jalan Yang Langsung Lurus kepada Allah SWT. Dan jangan dipermainkan sebab manjurnya luar biasa :  apabila  sudah penuh percaya dan teguh yakin akan perjalanan ini serta ta’at melaksanakan pedoman sholat yang sesungguhnya, maka pasti kita akan dilindungi Allah akan bersua dengan RsasulNYA, akan sampai diujung tujuan dan akhirnya akan ‘mulih ka jati mulang ka asalna’ - ‘asal dari Allah kembali pulang kepada Allah’.

Dalam mengerjakan sholat janganlah sekali-kali ceroboh, pakailah tat-tertib yang cermat hati-hati, sungguh-sunngguh menghadap Gisti Allah Yang Maha Suci, bulatkan tekad jangan ayal lagi, disertai dengan kepercayaan yang teguh kuat.  Penuhilah perasaanmu dengan keyakinan bahwa Gusti Allah ADA, tidak jauh dari diri kita, melihat gerik-gerik kita, bahkan sangat dekat dengan kita,  sholat demikian pasti baik hasilnya, kemungkinan besar diterima oleh Tuhan.  Tandanya bahwa sholat kita diterima, terasa wujud digerakan.

Disitulah kita harus percaya, bahwa gerak-gerik kita ada yang menggerakan.  Dari sebab itu, bila terasa demikian jangan ragu-ragu, janganlah kaget dan berpaling hati, karena justru itulah suatu tanda, bahwa sholatnya diterima oleh Tuhan Yang Maha Suci.  Dari tu jagalah baik-baik, hati-hatilah, sebab bukan sholat sembarang sholat yang hanya berdiri duduk berulang-ulang saja. Dalam mengerjakannya harus dengan memakai perasaan takut, hati-hati sebab kita sedang menghadap - berhadapan dengan Gusti Allah.

Apabila kita melakukan sholat bohong, lebih-lebih karena bujukan atau mengharap pujian, agar kelihatan orang banyak, atau karena malu oleh sang mertua, ingin disebut ahli sholat (ibadah), tetapi kenyataannya mudah marah dan mengandung hati penuh iri-dengki, maka sholat seperti itu tidak akan diterima oleh Gusti Allah.


Hukum Hidup
Barangsiapa yang tidak percaya kepada Jalan Allah ini, maka ia tidak akan dipercaya oleh Gusti Allah dan ia akan jauh dari Allah.

Semua makhluk, tidak ada kecualinya, ada dalam gemgaman Tangan Gusti Allah, tetapi Gusti Allah hanya menyertai kepada makhluknya (dalam hal ini manusia) yang iman eling kepadaNYA.

Gusti Allah menguasai mutlak seluruh makhlukNYA, serta Gusti Alllah adalah Pokok Sumbernya. DIA-lah Yang Menciptakan semua makhluk yang mengisi Alam ini.
Akan tetapi Gusti Allah samasekali tidak terikat oleh pekerjaanNYA itu, berdiam di SinggasanaNYA, karena Ilmu dan KuasaNYA sehingga seakan-akan tidak mengatur.

Sebagian besar dari orang-orang di Alam Dunia ini, meng-artikan hidup hanya sekedar sepanjang hidup di dunia ini semata-mata, oleh karena hal mana  mereka itu hidupnya tidak bermanfaat, kepercayaannya disandarkan kepada benda-benda yang kasar (baru) dan tidak mengakui akan ADAnya Gusti Allah, menurut hemat mereka dengan hidup di alam dunia ini saja sudahlah cukup.

Orang yang memegang Rasa Sejati (hidup Rasa Sejatinya) adalah orang yang mulia dan percaya penuh akan adanya Allah, cinta kepada Gusti Allah, sebab ia insyaf bahwa Gusti Allah itu adalah Sumber Abadi dari semua makhluk.  Maka  dari itu harus memanjatkan puji kepada Tuhan dan harus ta’at kepada pelajaran-pelajaranNYA agar supaya menuju kepada Penunggalan dengan Gusti Allah.

Barangsiapa yang sungguh-sungguh bersembah sujudnya kepada Gusti Allah tanpa memikirkan ganjaran-NYA atau Surga, mempunyai milik yang mulia serta akan abadi Tunggal dengan Gusti Allah.

Barangsiapa yang menuju kepada Gusti Allah, akan tetapi memuja-muji Dewa-dewa seraya tidak tunduk kepada pelajaran-pelajaran dari Gusti Allah dan RasulNYA, disebutnya tidak tahu akan Jalan Allah.

Yang menuangkan kelezatan kepada sajian-sajian yang disediakan untuk Dewa-dewa hal ini tidak terpikir oleh yang memuja-muji Dewa-dewa itu.  Bisa jadi maksud dan tujuannyna benar dan baik, tetapi orang itu nantinya akan celaka oleh kelakuannya sendiri.
Tegasnya : orang-orang yang memuja-muji  Dewa-dewa akhirnya akan kembali ketempat para Dewa-dewa, yang memuja-muji leluhur-leluhurnya akhirnya akan kembali ketempat para leluhurnya, yang memuja batu, badan halus (jin, siluman, malaikat, arwah wali-wali, embah-embah dan sebangsanya) pasti akan pulang ketempat yang dipuja itu.  Sebaliknya, yang memuja-muji Gusti Allah semata-mata, pulangnya langsung kepada Gusti Allah.

Gusti Allah tidak mempunyai rasa benci kepada makhlukNYA, sebaliknya justru malah melimpahkan kasih sayangNYA merata kepada seluruh karyaNYA, tidak dipilih pilih satu persatu.  Namun Gusti Allah lebih mencintai hambaNYA yang betul-betul iman  kepadaNYA dan bersembahyang dengan tulus ikhlas kepadaNYA.

Barangsiapa yang telah melakukan kejahatan-kejahatan atau penyelewengan-penyelewengan, kemudian insyaf dan terus nyata-nyata ber-taubat kepada Tuhan disertai dengan tekad yang bulat tidak lagi melakukan hal demikian dengan tulus ikhlas hati, maka orang itu akan dima’afkan dosa-perdosaannya oleh Gusti Allah dan akan memperoleh kebahagiaan.

Barangsiapa yang percaya benar-benar, yakin kepada Gusti Allah, serta sungguh- sungguh melaksanakan perintah-perintahNYA, maka orang itu akan ada pada Jalan Tuhan yang setinggi-tingginya, walaupun dia itu keturunan jembel lahiriyahnya.

Jadi lebih-lebih para Alim Ulama, Bangsawan-bangsawan, Pembesar-pembesar, yang ada di alam dunia ini serta cukup harta bendanya dan kekayaannya untuk bekal hidup, bekal ibadah, bahkan lebih dari cukup, haruslah lebih giat dalam mencari Jalan Allah, sebab oleh si miskin atau si jembel-pun itu Jalan Allah bisa tercapai, maka dari itu marilah kita segera sadar, insyaf, eling akan Allah dan segera memujaNYA.

Barangsiapa yang teguh bagaikan gunung karang ditengah-tengah gelombang samudra, dalam usahanya hendak mendekatkan dirinya kepada Gusti Allah, maka dia itu pasti akan diberi Taufiq dan Hidayah untuk mencapai tujuannya itu. Barangsiapa yang tetap teguh akhlak dan budi pekertinya ditengah-tengah pujian atau celaan sesama manusia, maka orang itu akan tetap ada dalam kemuliaan dan kekuatan bhatin yang kekal serta senantiasa disayangi oleh Gusti Allah.

Kita semuanya harus menginsyafi  bahwa Yang Menguasai dunia ini dan seluruh alam semesta  tiada lain  melainkan hanya Gusti Allah, Raja Seluruh Alam.

Dalam menempuh jalan ini, kita harus sampai ketaraf meyakini dan menyaksi bahwa dalam dada masing-masing manusia itu ada Roh (Roh Suci-Roh Rabbaniah-Abdullah) jika belum sampai kesitu berarti belum mengenal (ma’rifat) Kepribadiannya atau belum mengenal Diri Pribadi Yang Sejati (belum ma’rifatullah).

Pengetahuan ini diberikan kepada tiap-tiap orang yang betul-betul menginginkannya yaitu;  ilmu ini untuk bekal, modal hidup sempurna yang kekal dan mengenal Gusti Allah Yang tidak berawal dan tidak berakhir.

Gusti Allah Maha Penguasa dan Maha Pengatur seluruh alam semesta; dengan kata-kata yang sederhana sekali; DIA itu Melihat diseluruh peloksok, diseluruh mahdzab, Berinjak, Bersabda, Mengetahui, Mendengar, maka sebagai percikan dari semuanya itu manusia diberiNYA; tangan, kaki, kepala, mulut, mata, telinga dan sebagainya.  Dalam pada itu DIA samasekali tidak terikat oleh karyaNYA.

Tanda ingat/eling sadar akan Yang Maha Agung, cobalah amat-amati diri kita dari atas  sampai kebawah, kepala dan kaki, tangan kanan kiri, renungkanlah dan tela’ah lah sedalam-dalamnya diri kita itu, siapakah yng menyerupai kita ? sedunia-pun tak mungkin ada, itulah satu bukti dari keluhuranNYA Allah Tuhan kita.

Gusti Allah Maha Pemurah dan sayang kepada segenap makhlukNYA, baik yang ada didaratan maupun yang ada dilautan atau dimanapun, siang dan malam tiada hentinya mengalir kenikmatan-kenikmatan  yang nyata terasa.  Lebih-lebih kita manusia dibedakan dari yang lain, dikaruniaiNYA otak yang sempurna.  Maka dari itu kita harus cinta kepada Gusti Allah, jangan cinta palsu, tetapi cinta yang sejati.  Bagaimanakah tandanya cinta ?  Yaitu harus ingat, sadar akan DIA, tahu diri, desertai dengan sholatnya, demikian perintah Tuhan.

Sebaliknya, jika kita tidak ingat/eling akan Tuhan, tidak berterima kasih, tidak melaksanakan perintah Tuhan, maka hidup kita itu tidak ada gunanya, meskipun berlimpah-limpah harta kekayaan.  Sekarang di dunia ini, menurut perasaannya; ‘mulia’, tetapi nanti dikemudian hari (sebab hidupnya tetap hidup abadi) akan hidup miskin dan pahit, dan tidak akan ada yang membela, meraba-raba dalam kegelapan seraya jauh dari Tuhan.  Itulah yang disebut mati tersesat, pulang tak tahu arah.

Tela’ah-lah dan renungkanlah dua kalimat syahadat (Syahadatain).  Syahadat itu telah menunjukan, bahwa Muhammad Rasulullah tidak meninggal dunia, tetap ada dan abadi, ada didalam diri kita ; Muhammad Hakeki,  nyatakanlah, yakinkanlah  !!


Pedoman Hidup dalam Jalan Allah
  1. Tolong-menolong dan gotong-royang dalam kebajikan.
  2. Sehat hati, berkelakuan baik dan benar serta jujur.
  3. Murah tangan karena ikhlas, tidak mengharap apa-apa.
  4. Suka menunjukan jalan yang benar tanpa upah.
  5. Merendahkan diri pada tempatnya.
  6. Berterima-kasih kepada Allah (Syukuran, Eling, Ibadah)
  7. Mengutamakan membaca syahadat - mengerjakan sholat lima waktu.
  8. Sabar tawakal diwaktu prihatin.
  9. Menyerah, pasrah kepada taqdir.
  10. Adil yang merata.

Apabila seseorang telah terlatih lahir bhatinnya sampai disana, memenuhi yang sepuluh pasal diatas,  maka ia itu kelak dikemudian hari  akan hidup abadi  dan benar-benar akan pulang kembali kepada Allah SWT.  ... amiin.


Teman hidup sempurna dan bekal hidup
Sepanjang kita hidup di dunia, bila ingin memperoleh kemuliaan, maka utamakanlah amal sholeh. Yang jadi pokok pangkalnya pergaulan hidup, itulah modal pertama.  Ketemukanlah rahasianya hidup bercampur gaul ditengah-tengah masyarakat.  Selanjutnya akan dituturkan secara ringkas bagaimana caranya agar mencapai apa yang dimaksud diatas.

Sebenarnya segala sesuatunya itu ada pada diri kita sendiri, coba perhatikan. Awal mulanya kesopanan jalankan, ramah-tamah terhadap siapapun jangan dipilih-pilih, terhadap pria maupun wanita, si miskin atau si kaya, tetap sopan-santun ramah-tamah, anggaplah mereka semua itu keluarga besar kita. Jika sudah cukup terbukti dengan nyata bergaul sopan-santun ramah-tamah, selalu merendahkan diri, maka lambat laun yakin akan timbul kepercayaan dari masyarakat.  Setelah mendapat kepercayaan orang, awas hati-hati jangan salah laku, perlihatkanlah kejujuran, jangan berani berdusta atau berbohong, jangan sekali-kali ingkar dari suatu janji, meskipun  repot harus ditepati, kecuali ada halangan.  Perlihatkan gaya dan jiwa ksatria, bicara selalu berterus terang, benar atau salah jangan disembunyikan.  Dalam segala rupa hal bicaralah dengan jujur dan hati terbuka, maka Insya Allah akan mulia hidup kita, mulia dihadapan Allah dan mulia dihadapan sesama hidup.

Tindak laku kita harus sedemikian rupa sehingga tidak tercela, jika tidak, tentu bakal mendapat comooh orang, selanjutnya bakal dibenci.  Buktikanlah kesadaran jiwa kita kepada sesama hamba, jangan berani mencela orang lain.  Buktikanlah akal-fikiran, tenaga bahkan harta benda kepada sesama hidup dengan suci hati ... yakin tidak akan rugi.

Dengan sesama teman hidup usahakan jangan sampai bermusuhan, akibatnya bakal rugi, selanjutnya jangan banyak bermenung diri, bertopang dagu, bergeraklah, gunakanlah kepandaian, apapun yang kita bisa, apapun  yang ada pada diri kita, untuk membela diri kita, jangan merasa malu, jangan merasa terhina, selama mendatangkan manfa’at bagi kita dan orang sekitar kita, jika tak berbuat demikian mungkin jadi miskin, bakal menyusahkan orang lain.  Dalam segala bidang apa saja yang dianggap atau dirasakan berat, kerjakanlah sedikit demi sedikit dengan tekun dan sabar hingga selesai, jangan lekas putus asa.  Segala sesuatu harus sampai diujung penghabisan, jangan berhenti ditengah jalan dan harus ringan tangan senang membantu agar hidup penuh keuntungan.

Sepanjang hidup dikandung badan, kita harus berkelakuan baik,  agar tidak ada yang bisa  mencela, bersopan-santun, berbudi halus, dalam perkataan, dalam tingkah laku jangan menyakiti perasaan orang lain, agamapun mewajibkan kita hidup didunia ini berbaik hati kepada sesama hamba, malah harus saling membela, saling mengangkat harkat, saling menghormati, saling menghargai, pokoknya jangan sekalipun merugikan sesama hidup.

Hidup kita harus menjadi contoh, memberi contoh amal baik, khususnya kepada sesama hamba.  Pentingkanlah memberi pertolongan dengan jalan apa saja seraya berhati ikhlas, rela hati, jangan mengharap akan dibalas kembali.  Kita harus bersabar, malah berhati suci, jangan sekali-kali mempunyai rasa iri.  Kepada sesama hidup harus sayang.  Jika atas kehendak Yang Maha Suci, diri kita suatu ketika menjadi orang yang berkedudukan tinggi, memperoleh keuntungan besar, ingatlah yang kecil, yang miskin, yang hidupnya susah, sayangilah mereka.

Singkat kata jangan cacat-cedera didalam pergaulan hidup, sebab jalannya milik dan rejeki sampai kepada kita dari Allah SWT. tetap harus melalui sesama hidup, untuk itu utamakan kebaikan dengan sesama hamba.  Bertambah banyak kebaikan dengan sesama hidup, bakal banyak jalan terbuka untuk datangnya kasih sayang Allah bagi kita.  Dengan yang sudah baik harus tetap dibina kebaikannya jangan sampai terputus.  Jalinlah kasih sayang dengan semua hamba, ingat-ingatlah segala kebaikannya, jangan terus-menerus yang diingat kesalahannya, kita harus rela hati mema’afkan, ini jadi pokok utama agar langgeng abadi kebaikan yang akan diterima dan disampaikan oleh kita.

Hidup saling membutuhkan, maka harus bisa saling menguntungkan, saling mendapatkan manfa’at, jangan hanya sekedar ingin memanfa’atkan tanpa bisa memberikan manfa’at, lama-kelamaan akan terlihat cela-hina diri kita oleh sesama dan selanjutnya kepercayaan sesama hamba akan berkurang, otomatis segalanya akan berkurang pula.  Tetapi sebaliknya, diri-pribadi harus terus-menerus memberikan manfa’at bagi yang lain dengan ikhlas, tanpa mengharap apapun, tidak usah takut lagi, yakin Gusti Allah tidak ingkar janji.

Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Yunus 62)

Kekayaan bhatiniyah kebahagiaannya bisa melebihi kekayaan lahiriyah, jadi jangan takut miskin ketika mengeluarkan kebaikan, sebab tidak ada dari sananya, asal cukup syaratnya, yaitu ; kita harus sadar-sesadar-sadarnya bahwa segala kebaikan itu bersumber daripada KeMahaKuasaanNYA Allah Ta’ala, maka ditujukannya hanya sebagai pengabdian kita kepada Allah Ta’ala, selanjutnya kita tetap mengharapkan  kebaikan dari Allah semata-mata.

Mudah-mudahan  Panggeuing Bhatin atau Penggugah Qolbu (Rasa) dapat mewujudkan manfaat dunia akhirat guna masyarakat pada umumnya dan semoga Tuhan kita sekalian Gusti Allah Yang Maha Suci memberikan Taufiq dan HidayahNYA kepada kita semua, disertai rahmat selamat lahir bhatin dunia akhirat.
Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Wabillahi taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh

Kunci Sukses

Banyak resiko dan biaya besar yang harus ditanggung untuk mewujudkan cita – cita, akan tetapi jauh lebih panjang resikonya serta lebih besar biaya yang harus ditanggung ketika berdiam diri, berpangku tangan dan duduk manis.

Setiap orang mendambakan SUKSES, sukses dalam menjalani hidup ; sukses dalam pekerjaan ; sukses dalam membina rumah tangga dan sukses – sukses lainnya.

Sukses atau keberhasilan selalu didampingi oleh kecenderungan atau “dominasi” ; cenderung pada ‘harta, pada tahta, pada wanita’. Yang namanya cenderung itu tidak baik, karena cenderung adalah ibarat ‘mabuk’. Misalkan, cenderung pada wanita disebut mabuk janda, cenderung pada harta adalah gila harta, cenderung pada tahta – edan kekuasaan.
Oleh karenanya mari kita berupaya untuk meminimalkan kecenderungan agar sukses kita selaras dan seimbang hingga mencapai ‘kemenangan’Sebab “Kemenangan sejati dalam perjuangan tidak akan pernah runtuh, namun ketika kita berusaha mempertahankan dan meningkatkannya setiap saat akan mengalami jatuh”.

Suskes itu relatif . Relatif cukup ; cukup sukses, relatif bagus, relatif sempurna hingga mencapai titik relatif tak terhingga. Sejauh mana kesuksesan yang dapat diraih kita tak pernah tahu dan terkadang tak dapat dirasakan dengan nyata. Namun sebagai gambaran, bisa dilihat dari perbandingan diri dengan lingkungannya.
 
Seumpama seseorang memiliki potensi demi mencapai sukses, punya uang ; punya modal dan sebagainya, kemudian lingkungannya mendukung, sudah sewajarnyalah jika mencapai sukses. Tapi sebaliknya ; jika lingkungannya tidak mendukung, dirinya kurang beruntung, juga keluarganya hidup dalam kesederhanaan, maka akan terlihat unggul dibandingkan dengan lingkungannya ketika dia meraih sukses.

Seumpama seseorang tinggal di kampung, beristeri sholehah berkerudung, dapat hasil usaha segayung namun berpuasanya setahun, terkadang merokoknya puntung, makan dengan kangkung, sesekali sayur rebung. Tapi kemudian usaha dan kerja keras lalu punya modal untuk buka usaha warung, awalnya hanya bersepeda jangkung, lama – kelamaan punya colt buntung..., laba usaha asalnya cuma digulung – gulung lalu menggunung, itu yang disebut beruntung.....

Manusia tak pernah merasa puas dengan kesuksesannya, mereka selalu berjuang memperbaiki keadaan demi mencapai sukses. Itu bagus,... karena hal seperti itu adalah tanda manusia 'hidup', selalu bersikap optimis.
Namun jika seseorang tidak mau berusaha memperbaiki kehidupannya itulah manusia 'hidup yang mati' ; mati rasa, mati hatinya, mati keinginannya, tak ada daya juang. Walau setiap saat berdoa, Yang Maha Kuasa tidak akan merubah keadaannya.
Jadi kalau begitu kunci pertama adalah optimis.

Perlu diingat bahwa sukses itu adalah suatu titik keadaan atau tingkatan dari sebuah proses yang sedang kita tempuh, juga kita tidak perlu terlena didalamnya, karena Sukses bukan tujuan utama, bukan pula tujuan akhir. Namun jika manusia saat melaksanakan ibadah sholat meninggal dunia dengan tenang, atas izin serta ridhoNya itupun bisa juga disebut sukses ; sukses telah menyelesaikan tuntutan kehidupan dunia. Pertanyaannya : sukses mana dan seperti apa yang akan kita raih...??

Hanya bermodalkan sikap optimis saja tidak akan mengantarkan kita pada sukses yang akan kita raih. Setelah kita merasa optimis dalam menghadapi kehidupan, mari kita mempertebal keIMANan, karena sikap optimis itu adalah bagian kecil dari keimanan.

Iman secara tidak kita sadari, pada intinya dapat membentuk percaya diri, mental, hati, tekad juga pendirian atau sikap mental optimis itu sendiri. Kekuatan iman dapat mendorong manusia untuk selalu berjuang, bertekad bulat, keukeuh pada pendirian. Walau hujan lebat diselingi oleh halilintar menggelegar, motor mogok - ban bocor, kondisi jalan berlubang – aspal bolong, menanjak jauh kemana – mana, disisi kiri tebing dikanan jurang, malam gelap kurang terang, tidak akan menjadi halangan, malah dianggap hanya sebuah tantangan..., seperti itulah gambaran ‘kekuatan iman’.

Pengaruh iman dapat menumbuhkan hal – hal sebagai berikut :
  1. Kekuatan Fikir (cerdas hati) ; tumpulnya daya pikir penyebabnya adalah dosa perdosaan, makanan,  barang atau perkara yang diharamkan oleh Allah.
  2. Kekuatan Fisik ; jika jiwa sehat, akan tumbuh fisik yang kuat.
  3. Kekuatan Ruh ; (maaf, penulis tak dapat menggambarkan kekuatan ruh ; ada metoda khusus untuk menggali kekuatan ruh).
Kuat, kokoh, tebal keimananya tanpa ilmu akan sasar, salah jalan, menyimpang dari tujuan, takkan tercapai akhirnya, terjerumus kedalam jurang hina – nista, tergiur oleh haliyah dunia (hawa dunia ; bisikan tipu daya muslihat syaitan), terpengaruh dominasi atau kecenderungan itu tadi, sehingga timbul keraguan, cangcaya, tidak percaya diri, Ciri iman mulai tipis terkikis. Pada akhirnya diri jadi saksi, badan katempuhan (menanggung akibat & resiko), raga tiada daya, ‘geuring nangtung ngalanglayung’ hidup segan – mati tak mau, hanya bisa meratapi keadaan yang semakin terpuruk. Maka kunci yang sangat mendasar adalah ILMU - pengetahuan.

ILMU dapat membentuk akal, juga melatih pikir. Dapat membedakan mana yang baik – mana yang buruk, dapat memilih, dapat menimbang, hingga memutuskan. Misalkan membaca tanpa ilmu baca, atau berjualan tanpa ilmu dagang ; ibarat monyet ingin makan buah kelapa.
Karenanya ilmu itu penting, tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina hingga ajal menjemput, begitu menurut keterangan.

Yang dapat menentukan kesuksesan adalah sikap juga moral atau lebih tepatnya dikenal dengan ahlaq, juga sering disebut dengan amal atau perbuatan. Tentukan sikap, bagaimana kita bersikap kepada orang tua, anak, isteri, kakak, adik, keluarga, kerabat, handaitaulan, teman, kawan, sejawat, atasan, bawahan, guru, murid, dan seterusnya.

Silahkan gali dan kaji literatur atau keterangan – keterangan mengenai “sikap mental” seperti ; musyahadah, muhasabah, mujahadah, thaubat, ikhlas, tawakal, optimis, takut, syukur,  tafakur, mahabah, takwa, wara’.

Berikut contoh sikap yang mengantar kesuksesan,

Sikap mental tekun :
  1. Bekerja menurut kemampuan ; ulah ngarawu ku siku, moro peucang ngaleupaskeun peusing ; jangan selalu memandang keatas, sesekali harus menatap bawah, lebih baik tataplah atas - bawah, depan – belakang, kiri – kanan. Ibarat sedang mengendarai sepeda motor, selain memandang kedepan sesekali harus melihat kaca spion untuk memeriksa keadaan belakang, periksa keadaan diatas ; mendungkah atau cerah, tengok kebawah periksa indikator – indikator ; bensin, ampere meter dll, lihat lawan disamping kiri – samping kanan. Jangan pernah memaksakan diri jika tidak mampu, sebab akan berakibat celaka.
  2. Jangan pernah menganggap remeh waktu ; lantaran waktu sesungguhnya manusia merugi. Bagi anda yang berjiwa optimis waktu adalah uang, maka pandai – pandai menggunakan waktu ; selagi sempat dan ada waktu, karena kesempatan takkan datang dua kali. Pada kenyataannya waktu adalah ibarat pedang, setiap saat akan selalu menebas ; coba saja berdiri di depan cermin sambil mengingat bagaimana rupamu tempo dulu, kemanakah perginya tubuh yang dahulunya tegap kenapa menjadi bungkuk?, kenapa kulit yang sintal menjadi keriput, rambut yang hitam lalu memutih, Adalah karena waktu. Waktu dapat menuntun kita kepada maut atau kematian, dan kita berjalan menuju kematian.
  3. Sekala prioritas ; utamakan yang penting diantara yang penting, pilih yang utama diantara yang lain, tapi ulah nampik rezeki sauetik. Urutkan pekerjaan berdasarkan kepentingan dan keutamaan, tetapi bukan pilih dan pilah berdasarkan untung dan rugi. Kemudian setelah selesai mengerjakan satu perkara, maka mulai kerjakan perkara lain, jangan coba meninggalkan perkara yang belum selesai, sehingga tertumpuk oleh perkara –perkara yang lain. Jika perkara sudah tertumpuk akan memicu kita untuk malas menyelesaikannya.
  4. Tetap pada pendirian ; jangan mau tahu urusan orang lain ; cobalah keukeuh untuk mengerjakan satu perkara demi mencapai sukses, terlebih dahulu jangan tergiur oleh perkara lain yang dianggap sangat menguntungkan. Siapa tahu perkara yang dianggap untung besar cuma isapan jempol belaka, yang aselinya perkara kecil bisa mengantarkan kepada sukses, malah sudah terlanjur ditinggalkan, eh..., akhirnya..., cilaka tujuh belas...!!?
  5. Berpikir positif ; khusnudhon, penyebab salah berpikir atau su’udhon adalah mengambil kesimpulan terlalu umum, terpengaruhi oleh pernyataan pro dan kontra, selalu menganggap alam tak pernah berubah, terbelenggu oleh masa lalu. Berpikir positif selalu menimbang, tidak terlalu cepat mengambil keputusan.
  6. Never give up (adalah bahasa inggris, tau ‘nggak artinya? Kalo ‘nggak tau penulis punya kuncinya yaitu kunci inggris) maksudnya ; Jangan pernah putus asa, pantang menyerah dalam mengerjakan perkara – perkara, apabila menemui jalan buntu jangan takut untuk mencobanya lagi. Jika terbentur masalah maka carilah jalan keluar, lalu coba kerjakan lagi, begitu seterusnya. Tak pernah mengambil jalan pintas dalam menghadapi persoalan ; Bukankah manusia terlahir dari masalah, dan tercipta dalam keadaan keluh kesah...!?. Tidak akan mengalah sebelum perang ; ‘teu keok memeh dipacok’.
Bersikap Tenang ; jika dapat bersikap tenang dalam menghadapi suatu persoalan yang menyulitkan, maka yakinlah bahwa Allah akan memberikan pertolongan jalan keluar atau solusi yang terkadang tak dapat diterima oleh akal.
Bersikap agar digemari orang lain antara lain :
  1. Menghargai jasa – jasa orang lain, baik jasa yang baik maupun yang buruk ; hormatilah  kesanggupannya,
  2. Wajah selalu berseri penuh simpatik, berusaha selalu tersenyum,
  3. Berbuat hal yang dapat menyenangkan, menggembirakan, menyejukan orang lain,
  4. Tidak suka berbohong,  janji ditepati, amanat dijaga ; lamun janji teu jalir, lamun nyarita teu subaya, amanat teu dilalawora,
  5. Sanggup menerima kritikan.

Dari penjelasan diatas dapat digaris bawahi bahwa hal – hal tersebut satu sama lain sangat erat keterkaitannya, tak dapat dipisah – pisah dalam pelaksanaannya.

Kesimpulannya : SUKSES itu adalah barometer atau ukuran dari suatu titik keadaan atau tingkatan sebuah proses yang sedang kita tempuh menuju tujuan akhir. Ukurannya bukan kesenangan tapi kebahagiaan, orang lain sekitar kita harus dapat merasakan kebanggaan dan kebahagian atas sukses yang kita raih.

Inti dari kunci sukses adalah :
  • Dzikir – Fikir – Akhlaq
  • tauhid – ilmu – amal
  • iman – islam – ikhsan.

Mengupayakan Satu Perubahan

Artinya : Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

Alam tempatnya berubah, dari benih menjadi tumbuh, gelap menjadi terang, dari terik kemudian mendung. Manusia tempatnya Kekurangan, dari kecil menjadi besar, dari malas menjadi rajin, dari bodoh menjadi pintar.


Awalnya sehat bisa jadi sakit, dari muda kemudian tua, awalnya hidup lalu mati. Semisal buruk berusaha untuk baik, bila salah berjuang agar menjadi benar. Karena yang salah tidak baik, yang baik adalah benar. Jika sudah baik dan benar tingkatkan agar menjadi sempurna.
Keadaan sudah parah janganlah berbuat susah, situasi sedang rumit janganlah bertingkah sulit, berlaku dan berjuanglah agar menjadikan lebih mulia, karena ‘PERUBAHAN’  adalah ‘KESADARAN’ adalah ‘BANGKIT’.

Sadar sudah berlaku salah maka cepat minta maaf, sadar akan berakibat sakit maka jangan menyakiti. Jika sadar tidak memiliki, janganlah merasa memiliki, kembalikan kepada Yang Maha Memiliki. Jika demikian tidak akan merasa kehilangan apabila diambil oleh Yang Maha Memiliki.

Tidak kurang bukan pula lebih, jangan lemah bukan juga kuat, tetapi yang dibutuhkan adalah keselarasan dan keseimbangan.
Jika terlalu kecil untuk ukuran besar maka disebut sempit, bila besar untuk yang kecil juga dikenal longgar.

Jangan anggap kekurangan sebagai kelemahan, lalu jangan pandang kelemahan sebagai kekurangan, tetapi anggap kekurangan dan kelemahan sebagai potensi agar menjadikan lebih mulia, karena ‘PERUBAHAN’  adalah ‘KESADARAN’ adalah ‘BANGKIT’.

Banyak manusia besar lantaran orang kecil. Ada orang senang lantaran orang susah, bahkan ada orang susah karena kesenangan orang, maka yang diperlukan adalah ‘PERUBAHAN’  adalah ‘KESADARAN’ adalah ‘BANGKIT’. Raih “KEBAHAGIAAN” daripada kesenangan.



Allah SWT tak akan merubah suatu apapun jika manusia tidak mengupayakan perubahan itu.
 
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
 
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah [767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.[767]  bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.[768].  Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.[QS (13:11)]

Yang ini sangatlah dimengerti dengan bukti–bukti yang nyata serta masuk akal, maka penting bagi kita untuk mengusahakan suatu perubahan atau merubah keadaan (nasib/peruntungan), tentunya di dalam kesadaran penuh.

Pertanyaannya; atas dasar apakah Allah tidak merubah pada seluruh manusia?. Dasarnya adalah sebelum Allah SWT menciptakan manusia terlebih dahulu Allah telah menciptakan Langit dan Bumi berikut isinya. Sangatlah sempurna ciptaan Allah, semua telah tersedia tanpa kekurangan, misal menciptakan ‘Langit’ beserta perhiasannya ; Matahari, Bulan, Gugusan Bintang atau planet, dst. Kemudian jika metafakuri seisi Bumi beserta rupa–rupa hal (mahluk) yang tumbuh dan hidup di darat, di laut, bahkan banyak lagi yang belum tereksplorasi / tergali kemanfaatannya oleh dan untuk manusia.

Itulah sebabnya Allah SWT tak akan merubah keadaan. Allah Yang Maha Rakhman dan Maha Rakhim telah menghamparkan karunia rezeki guna memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik sandang, pangan, papan dll. Dengan demikian kita perlu merubah atau wajib mengupayakan perubahan itu, yang menjadi perkara kita sebagai manusia.

Oleh karena itu, saatnya kita bertanya pada diri sendiri tentang pilihan tekad atau cita-cita, apakah punya keinginan menjadi manusia yang lebih baik (baik & benar) atau sebaliknya?. Seandainya saja punya cita-cita atau tekad menjadi manusia “lebih baik dan benar “ yang memiliki jiwa kemanusiaan (ikhsan), maka hendaklah kita mengupayakannya. Usahakan dan Pegang teguh tekad itu sesuai ajaran, tuntunan, harapan Agama (bagaimana baik dan benar itu menurut agama) sampai terwujud (sing menjelma) serta terasa oleh diri dan terasa oleh orang lain dengan landasan beribadah.

Sanksi atau Imbalan dari mengerjakan amal baik dan benar itu, bahkan tak ada keraguan dalam hidup ini selamanya, akan ada dalam keridhoan Allah SWT. Yakin dalam segala perkara/urusan bakal panen keuntungan yang sangat besar nilainya, akan menemukan berkah manfaat dunia akhirat, meskipun dalam pelaksanaannya sangatlah berat tantangannya, namun macam rupa rentetan ‘godaan’ dan ‘ujian’ akan ada dalam pertolongan Allah SWT. Apalagi jika kita telah ‘mantap’ memegang ‘teguh’ kebenaran dan melaksanakan kebenaran itu, yakin di dunia ini akan menjadi manusia terhormat, begitu pula di akhirat nanti.

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ ۝ فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ ۝ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا ۝ وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا
Artinya : 6. Hai manusia, Sesungguhnya kamu Telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.[1565] 7.  Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8.  Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, 9.  Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. [QS (84 : 6 - 9)]

Sebaliknya jika manusia itu tidak memiliki tekad untuk berubah, selamanya terpuruk dalam keadaannya, inipun ada sanksinya, yaitu pasti mendapat kerugian, celaka dunia akhirat. Bakal sempit hidupnya, tak akan bertemu dengan kebahagiaan apalagi kenikmatan, jauh dari ridho Allah bahkan tak menjamin kebenarannya (kebenaran menurutnya). Hanya syaitan yang menjamin kesalahannya.

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya : 53.  (siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui [621]. Allah tidak mencabut nikmat yang Telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah. [QS (8:53)]

Demikian yang harus kita perhatikan, mulai saat ini harus rajin, apik dan teliti, untuk masa depan selanjutnya. Selagi ada kesempatan hidup untuk melaksanakan ibadah perintah Allah SWT.

Tentang Amal

AMAL (Akhlaq)

Amal mengandung beberapa unsur seni, antara lain seni suara, seni rupa dan seni gerak, yaitu:

1. Dengan jalan “Hati” atau niat yang dalam keseharian sehingga menimbulkan efek
2. Dengan jalan “Lisan” dan apa yang terucap, pengucap - pengecap,
3. Dengan jalan “Mata” dan penglihatannya,
4. Dengan jalan “Hidung” dan penciumannya,
5. Dengan jalan “Telinga” dan pendengarannya,
6. Dengan jalan “Tangan” dan perabanya,
7. Dengan jalan “Kaki” dan langkahnya,
8. Dengan jalan “Gerak” dan Gaya panca inderanya,
9. Dengan jalan “Rasa”

Inilah yang harus dipelihara dan diketahui serta memenuhi keinginan dan kebutuhan– kebutuhannya (9 hal tersebut diatas), namun janganlah melanggar hal yang bukan menjadi kebutuhannya, karena akan menimbulkan efek yang tidak baik (basa sunda ; badan nu katempuhan).

Saat membimbing (ngemong) ‘hidup’ agar dalam ridho Allah SWT tergantung pada amal perbuatan masing–masing, baik dalam keadaan bahagia dan celaka pun tergantung dari hasil 9 hal tersebut. Oleh karenanya wajib mengetahui hal yang menjadi modal hidup ini yang dikaruniakan oleh Allah SWT. Manfaatkan dijalan Allah dengan landasan / dasar “beribadah” dengan sabar, tawakal. Begitu juga jika memiliki kehendak / tekad baik, guna meningkatkan harkat derajat dan martabat dalam pergaulan, maka kurangi dosa dan kesalahan yang melekat dalam diri manusia.

Berat memang dalam memelihara, mengasuh “hati” (dst), lantaran kelas/tingkatan hati itu sangatlah tinggi, nilainyapun sangat mahal dibanding emas, berlian. Hal ini menegaskan bahwa “hidup” nya manusia sangat berharga, walaupun Raja diraja sedunia tak akan mempunyai umur ganda (nyawa ganda), hanya Allah Yang Maha Langgeng Abadi.
==============
Catatan : Penjelasan lebih detail, mohon bimbingan, nasehat, petuah, tausyiah dari Guru Mursyid..

Cipta, Rasa dan Karsa

Keris manjing warangka, warangka manjing curiga. 'aku' adalah isi dari wujud yang kukenal sekarang ini, didalam 'aku' bisa saja tumbuh berbagai 'jiwa', didalam 'jiwa' terkandung cipta rasa karsa, karena cipta rasa karsa, maka 'aku' berderajat setingkat diatas makhluk lainnya,
tri tunggal inilah yang mendominasi akal manusia, karena hal ini pulalah manusia bergelar Wakil Sang Pencipta, manusia adalah tuan dari segala yang pernah diciptakan, tapi manakala salah satu dari ketiga unsur ini merajalela, derajatnya sang 'aku'  jadi lebih rendah dari binatang, tekad ucap lampah 'ingsun' jauh dari sejatining keramat, sejatining keramat berisikan; 'pengaruh'  'wibawa'  dan  'kharisma', 'pengaruh' hasil dari usaha dan kerja keras mengamalkan ilmu sejati, 'wibawa' hasil dari ketaatan pada Guru Ratu Wong Atua Karo, 'Kharisma' hasil dari pelaksanaan ajaran Rasul dalam ketaatan pada Gusti Allah, kesemuanya menyuruh kepada laku lampah, bukan panjang angan-angan sebab berkuasanya cipta didalam 'jiwa', kesemuanya terfokus pada ketaatan, bukan sekehendaknya sang 'karep' membawa wujud tanpa arah, kesemuanya karena sudah tahu kepada rasa yang tunggal; manunggaling rasa, bukan kesamaran rasa, merasa benar didalam salah, yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan. 
  • rasa yang paling sering didatangi sang utusan Pencipta,
  • rasa yang paling cepat menerima sentuhan alam,
  • rasa yang paling mampu menangkap bahasa universal,
  • rasa yang paling mudah tersentuh melihat yang nyata atau ghaib,
  • rasa yang paling jujur  melebihi jujurnya indera lahiriyah,
  • rasa yang paling menerima ganjaran nikmat atau siksa,
  • rasa yang paling apa adanya mengungkap kebenaran,
  • rasa yang paling melihat bahwa kita selalu dilihat,
  • rasa yang paling akhir pergi dari badan,
  • bahkan rasa ikut masuk bersama badan kedalam kubur meski hidupnya sudah tiada, begitu itu jika rasanya terlalu mencintai dunia (wujud baru), begitu itu karena belum mengenal rasa sejatinya,
  • rasa sejati itu sengaja diutus sebagai penyeimbang,
  • rasa ada ditengah antara cipta dan karsa,
  • rasa adalah pembagi atau per( / ) bagi keduanya,
maka jika cipta atau pikir bekerja harus per-rasa-an, begitupun jika karsa atau keinginan meronta harus per-rasa-an, jika kita mampu berlaku seperti itu; maka jadilah kita manusia yang ber per-rasa-an, artinya sudah tahu bahwa rasa tunggal; manunggaling rasa, kalau dicubit merasa sakit; maka tidak mau mencubit, kalau diejek merasa terhina; maka tidak mau mengejek, untuk pengenalan yang lebih akrab harus sering kembali kepada rasa, jika keseimbangan jiwa terganggu  harus cepat kembali kepada rasa, jika terseok tersungkur oleh uji coba  harus mampu kembali kepada rasa, semakin banyak pengalaman kebaikan maka akan mudah kembali kepada rasa, jangan biarkan lidah berbohong, pikir mengingkari, hati menolak, supaya jujur kembali kepada rasa, kafir itu menolak kebenaran, isinya iman itu mau menerima segala kebenaran yang kembali kepada rasa, rasa sakit dan rasa nikmat sebagai pengembalian kesucian; bisakah apa adanya kembali kepada rasa, berjiwa besar, keluasan ilmu dan kebijaksanaan  karena bisa melihat semua kembali kepada rasa, tidak terasa apa-apa; oleh apa-apa; karena tidak akan apa-apa kalau kita tidak berbuat apa-apa ; yang maha apa-apa, selalu apa-apa kepada yang merasa ada apa-apanya; maka keputusan akhir ada pada rasa, yaitu : rasa curiga kepada yang maha apa-apa, masa Allah menciptakan kita tanpa bawa apa-apa, maka apa perabotnya untuk mengenal yang maha apa-apa, tanpa kita mengenal rasa apa-apa, jadi jangan sungkan, bahkan harus sukuran jika kita merasakan suatu rasa, rasa ... apa saja, dengan paripurnanya pengalaman rasa, maka Allah tinggikan derajat Guru Sejati. Sederajat para mujahid dan utusan Allah ... aamiin yaa Robbal alamiin

Manunggaling Rasa

Ini kali pertama saya berujar tentang sesuatu yang mendalam dari hal Jalan Kembali Manusia, mula yang utama adalah membelah 'tabir diri' agar terbuka kesejatian manusia yang ngancik di raga badan, selama ini kita kenal 'aku' adalah unsur pada badan yang dilengkapi dengan beribu angan, hasrat, keinginan yang secara sadar atau tidak disadari kita memiliki kelemahan untuk menggapainya. Hal ini sebenarnya awal dari pencarian pada sesuatu yang kuat, bahkan harus paling kuat, malah bila mungkin Maha Kuat yang harus kita sanding, atau 'aku' bersanding dengan Maha Kuat, bahkan kalau boleh 'aku' inginnya manunggal dengan itu kekuatan yang paling MAHA ... hebatnya keinginan.

Ada satu kekuatan yang dititipkan oleh yang Maha Kuat bersama ketetapan pada badan, yang pertama adalah 'gerak'; hal ini merupakan tanda nyata atau 'ayat Allah' akan adanya Hidup (Hayat; sifat Allah) yang dititipkan pada jasmani untuk mengatur wujud, ada gerak yang disadari oleh otak bahkan berkaryanya atas perintah otak, namun ada gerak yang tanpa didayai oleh kerjanya otak, bisa disebut 'daya gerak tanpa daya' tujuannya supaya bisa tetap hidup sampai waktu yang ditentukan.  Bayangkan jika otak terganggu, jantung harus berhenti berdetak karena sang otak berhenti memerintah. Adapun untuk mengenal lebih dalam tentang adanya 'daya gerak tanpa daya ' yang ngalimpudi (meliputi dan menguasai) seluruh geraknya wujud, serta bagaimana kekuatan yang diperoleh jika 'aku' memasrahkan sepenuhnya urusan raga badan ini kepada 'hal' itu, maka uraian dan tuntunannya harus langsung berhadap-hadapan dengan sang pembimbing pada acara Gemblengan Batin khusus pada malam-malam Riyadhoh Nafsiah, maka disitulah akan dibuka dan dipergelarkan akan ADAnya.

Adapun yang lainnya adalah keinginan atau  karep, karsa, kemauan;  ini lebih gagah lagi, sebab ini adalah Iradah; sifat Allah yang sengaja ditipkan pada jasmani untuk mengatur sebaik-baiknya berjalannya Nafsu, awas ingat berjalannya nafsu, bukan sakarepe dewe, maka jika ada nafsu berjalan semaunya; ini jelas 'tidak manunggaling iradah' artinya tidak menyatu dengan keinginan yang Maha Kuat tadi; sebab apa ? karena pada raga badan ini mengendap saripati dari unsur-unsur pembentuk jasmani itu tadi; yaitu tanah, api, air dan udara, masing-masingnya memiliki sifat yang mandiri dan kesemuanya itu potensial untuk baik dan buruknya manusia. Namun hal itu tetap bukanlah 'aku', karena sang 'aku' hanya menjadi saksi serta menerima hasil dari polah sedulur papat itu tadi, rugi dong nggak berkarya nanggung akibat ? lho ... ya nggak gitu, sebab buah akibatnya pun sebenarnya hanya untuk jasmaninya pula, tapi apa boleh dikata karena kita tahunya bahwa 'aku' ini adalah jasmani yang ini, ya ... jadi merasakain buah akibatnya dari tingkah polah dan karya sedulur papat yang tadi itu,  nah ... inilah kompleksnya hidup.

Setelah merasakan 'baru tahu' kepada rasa, yang nikmat, menyenangkan, membahagiakan, menggembirakan hal seperti itu yang dipamrih datang berulang-ulang, tapi sadari dong; kita tahu ini nikmat karena kita pernah tahu tersiksa, tahu menyenangkan karena pernah tahu menyebalkan, tahu membahagiakan karena pernah tahu penderitaan, tahu menggembirakan karena pernah tahu menyedihkan, semuanya asli berpasang-pasangan, maka ketika merasakan salah satunya ingat bahwa pasangannya bisa saja sekonyong-konyong datang tanpa undangan, lagi susah jangan kecil hati, lagi senang jangan besar kepala, ingat harus tetap dikembalikan kepada rasa.

Betapa ajaibnya sang 'aku', adapun rasa itu terlahir karena masih adanya hidup pada badan, tapi mengapa kok ... rasa berpengaruh besar pada hidup, "merasakan sengsara; hidupnya jadi tersiksa", padahal jelas disadari betul adanya rasa karena adanya hidup, jangankan mati; baru tidur saja rasa susah dan sengsara harus mundur teratur dan tersimpan pada tempat yang aman untuk nantinya dijemput kembali, contohnya dikala kita tidur nyenyak bahkan sebelum tidur itu terjadi, maka harus menyingkir dulu penderitaan dan kesengsaraan, karena sebelum menyingkir susah untuk bisa tidur, tetapi bangun tidur malah dijemput kembali sang derita itu, kok ya ... aneh,  untuk itu kuncinya adalah ketika kita hidup harus berlatih mati, maka kondang istilah 'mati sajeroning urip'  artinya mati selagi masih hidup, apa bisa ? ya bisa; sholat itu sarananya, sholat itu alatnya, sholat itu kendaraannya, untuk bisa tercapainya kesempurnaan rasa, bahkan sampai bisa manunggaling rasa dengan yang Maha Kuat.

Kalau 'aku' merasa kuat, maka malu ketika datang rasa ngantuk, leher kaya dipites ngampleh bagai tak bertulang, kalau  'aku' merasa mampu mengendalikan kemauan, maka malu ketika bergegas lari ke WC ketika datang ingin buang air besar yang datang mendesak, maka 'aku' merasa lemah ketika dimanunggalkan dengan yang Maha Kuat.
 

Medar Ilmu Batin • All Rights Reserved