Sekilas Tarekat Haqlamiah

Tarekat ini berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Al Hadits, juga mempunyai kitab panduan atau Kitab Pengantar pemahaman tentang inti ajaran Haqmaliyah yang disebut "Kitab Layang Muslimin- Muslimat" terdiri dari enam jilid ditulis dalam bahasa Sunda dalam bentuk tembang atau pupuh lagu dan dikarang tahun 1930 oleh Mama Raden Asep Martawidjaja bin H. Muhammad Kahfi. Baru pada bulan Mei tahun 1996. Kitab Layang Muslimin Muslimat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Sobarnas setelah mendapat persetujuan Raden Toto Mutholib Martawidjaja selaku Mursyid pada masa itu. Kitab Layang Muslimin Muslimat edisi bahasa Indonesia dirampingkan menjadi empat jilid.

Pada zaman Raden Toto Mutholib Martawidjaja dibuatlah sebuah Yayasan Miftahul Ulum. Yayasan dimaksud dimaksudkan untuk mewadahi, tempat berkumpul dan bersilaturrahmi ikhwan haqmaliyah. Menariknya dalam pertemuan selalu dibahas hasil penemuan-penemuan spritual atau hasil lelakon dari para ikhwan dan kemudian dijelaskan oleh mursyid apa yang telah mereka temui. Selain itu, yayasan ini menitik beratkan aktifitasnya dibidang pendidikan. Saat ini Yayasan Maftahul Ulum dikelola oleh anak Raden Toto Mutholib Martawidjaja.

Pengikut tareqat Haqmaliyah sudah menyebar hampir diseluruh wilayah Indonesia bahkan menurut Mursyid yang saat ini yang bermukim di Cimahi, ajaran inipun telah sampai kenegeri Belanda yang di bawa langsung oleh keturunan Raden Muhammad Kahfi. Tareqat ini bukan hanya milik orang Sunda seperti yang di tulis dalam sebuah blog akan tetapi milik umat. Siapapun boleh ikut dalam tareqat ini asal dia seorang muslim.

Dalam silsilahnya, tareqat ini sambung menyambung dari Nabi Muhammad saw, 12 Imam Ahlul Bait Syiah Imamiyah, beberapa wali tanah jawa seperti Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati sampai dengan Mursyid yang terakhir. Penyebaran tareqat ini dikenal pada masa Syech Muhammad Kahfi atau lebih dikenal dengan Sech Datul Kahfi seorang pelaku sejarah di Kabupaten Garut.

Ayat Alquran maupun Hadis yang sering digunakan untuk memperdalam pengetahuan tentang Ketuhanan dalam tareqat Haqmaliyah antara lain; awaludinni ma’rifatulaah, innalillahi wa innailaihi roojiun, moutu antal qoblal maotu, nurun ala nur, man arofa nafsahu faqod arofa raobbahu wa man arofa robbahu faqod jahilan nafsahu, wa nahnu akrobu ilaihi min hablil warid, dll.

Untuk mempelajari tareqat ini tidak bisa hanya belajar luarnya saja karena ada batasan-batasan yang boleh disampaikan dan yang tidak. Perlu waktu yang lama serta istiqomah sehingga dapat benar-benar memahami semua inti ajaran tareqat Haqmaliyah.


Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri, yaitu sejak Nabi Muhammad saw diutus menjadi Rasul.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannust dan khalwat di Gua Hira' di samping untuk mengasingkan diri dari masyarakat Makkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Tahhanust dan Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks tersebut.

Proses khalwat nabi yang kemudian menerima wahyu dari malaikat Jibril disebut tarekat tersebut sekaligus diajarkannya kepada Sayyidina Ali ra. sebagai cucunya. Dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani di daerah Timur Tengah, dan lalu masuk ke Indonesia dibawa melalui para wali yang terkenal dengan sebutan Wali Songo pada jalur Syaikh Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Djati. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Haqmaliyah yang merujuk pada Syaidina Ali r.a dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari Allah Swt.


Bai'at

Untuk mengamalkan tarekat tersebut melalui tahapan-tahan seperti pertama, adanya pertemuan guru (syeikh) dan murid. Lalu calon murid apabila ingin mejadi murid dari Tarekat ini haruslah memenuhi beberapa syarat tertentu terlebih dahulu. Di antaranya, adalah harus terlebih dahulu berpuasa selama 10 hari

Kedua, tahap perjalanan. Tahapan kedua ini  tergantung dari ke zuhudan murid dalam mengamalkan ilmu yang diterima.

Tarekat (thariqah) secara harfiah berarti "jalan" sama seperti syariah, sabil, shirath dan manhaj. Yaitu jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan ridho-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya. Semua perkataan yang berarti jalan itu terdapat dalam Alquran, seperti QS Al-Jin:16," Kalau saja mereka berjalan dengan teguh di atas thariqah, maka Kami (Allah) pasti akan melimpahkan kepada mereka air (kehidupan sejati) yang melimpah ruah".

Istilah thariqah dalam perbendaharaan kesufian, merupakan hasil makna semantik perkataan itu, semua yang terjadi pada syariah untuk ilmu hukum Islam. Setiap ajaran esoterik/bathini mengandung segi-segi eksklusif. Jadi, tak bisa dibuat untuk orang umum (awam). Segi-segi eksklusif tersebut misalnya menyangkut hal-hal yang bersifat "rahasia" yang bobot kerohaniannya berat, sehingga membuatnya sukar dimengerti. Oleh sebab itu mengamalkan tarekat itu harus melalui guru (mursyid) dengan bai'at dan guru yang mengajarkannya harus mendapat ijazah, talqin dan wewenang dari guru tarekat sebelumnya. Seperti terlihat pada silsilah ulama sufi dari Rasulullah saw, sahabat, ulama sufi di dunia Islam sampai ke ulama sufi di Indonesia.
Sekilas Tarekat Haqlamiah
Title : Sekilas Tarekat Haqlamiah
Description : Tarekat ini berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Al Hadits, juga mempunyai kitab panduan atau Kitab Pengantar pemahaman tentang inti ajar...
di November 07, 2015
Rating : 5 Dari :5 terbaik
SILAHKAN DISHARE :
 

Medar Ilmu Batin • All Rights Reserved